Kamis, 30 Januari 2014

INDUSTRI SALE PISANG DI KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN TEMANGGUNG



INDUSTRI SALE PISANG DI KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN TEMANGGUNG
BAB 1
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
            Usaha-usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya adalah dengan bekerja dan untuk itu perlu adanya lapangang pekerjaan yang cukup. Untuk itulah perlu digalakannya usaha-usaha yang tergolong industri kecil di dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan lapangan kerja. Salah satu dari industri kecil yang cukup berkembang di daerah saya adalah  industri pembuatan Genteng Sokka Kebumen. Industri Genteng di daerah Kebumen memiliki sejarah yang cukup panjang dalam perkembangannya. Jauh sebelum mengenal genteng, sebagian masyarakat di Kabupaten Kebumen telah memiliki keterampilan membuat tembikar. Hal itu didukung jenis tanah di Sokka, Wonosari, Sruweng, dan Klirong yang bagus untuk bahan tembikar.  Sebelum abad ke-20, sudah banyak warga yang membuat gerabah untuk alat-alat rumah tangga seperti tungku, gentong, padasan, blengker, jambangan, kendil, cowek, dan jubek dari tanah lait. Bahkan sampai saat ini, keahlian turun-temurun yang konon hasil interaksi dengan kebudayaan China itu masih bertahan. Warisan keahlian membuat gerabah diteruskan masyarakat Gebangsari Kecamatan Klirong yang terkenal sentra gerabah Kebumen. Kerajinan genteng muncul sekitar tahun 1920-an. Saat itu, Pemerintah kolonial Belanda melakukan penelitian untuk memetakan daerah-daerah yang memiliki tanah bagus untuk bahan atap bangunan. Saat itu, dibentuklah Balai Keramik di Bandung.  Kebumen merupakan salah satu dari sejumlah daerah yang memiliki potensi sentra genteng. Genteng-genteng tersebut untuk memenuhi pembangunan infrastruktur termasuk untuk dijadikan atap pabrik gula. Bahkan di Kebumen juga terdapat dua pabrik gula, yakni di Prembun yang bekasnya jadi Pos Polisi Prembun dan di Kebumen yang saat ini menjadi RSUD. Orang pertama yang membuat kerajinan genteng adalah H Ahmad. Namun pembuatan genteng masih belum menggunakan mesin. Produksi genteng masih manual. Namun dari sinilah cikal bakal industri genteng di Kebumen. Setelah itu, H Abu Ngamar salah satu anak H Ahmad mendirikan pabrik genteng di Sokka, 200 meter dari Stasiun Sokka di Pejagoan.  Atas bantuan kawannya guru teknik Belanda, mesin pabrik didatangkan dari Jerman. Produk banyak digunakan untuk atap pabrik gula di Jawa. Merek genteng yang legendaris itu adalah AB Sokka. Sampai saat ini, di bekas lokasi pabrik di Dusun Sokka, Desa Kedawung, Kecamatan Pejagoan masih dapat ditemui lima cerobong pembakaran genteng. Namun cerobong tersebut sudah tak dipakai. Di kawasan itu juga tampak deretan ruang penyimpanan genteng, termasuk dari bekas-bekas rel dari dalam pabrik yang tersambung menuju Stasiun Sokka.  Untuk mengembangkan usaha Genteng Sokka semakin maju  perlu adanya kerjasama antara pemerintah dan pemilik industri genteng Sokka dan masyarakat sekitar dari pabrik genteng Sokka.


BAB II
A.  Rumusan Masalah

1.      Termasuk ke dalam Jenis dan Pengelompokan apakah industri sale pisang tersebut?
2.      Apa bahan baku dan bagaimana proses produksinya?
3.      Bagaiman Jenis Tenaga Kerjanya pada industry tersebut ?
4.      Darimanakah asal modal dimulainya usahanya sale pisang tersebut ?
5.      Di mana sajakah pemasaran produk sale pisang tersebut?
6.      Bagaimana Bentuk Tabel Kesimpulan Industri sale pisang tersebut ?

B.  Landasan Teori

1. Jenis Pengelompokan dan Klasifikasi Potensi
Di Indonesia ada dua pengelompokan jenis industri yang berbeda yaitu yang disusun oleh Departemen Perindustrian dan Badan Pusat Statistik. Pengelompokan menurut Departemen Perindustrian ada 3 yaitu:
a)      Industri Aneka (IA)
b)      Industri Logam Mesin dan Elektronika (ILME)
c)      Industri Kimia (INKIM)
Badan Pusat Statistik megelompokan industri
menjadi 8 kelompok besar yaitu:
a)      Industri Makanan, minuman dan tembakau
b)      Industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki
c)      Industri kayudan barang-barang dari kayu, termasuk alat-alat rumahtangga dari kayu
d)     Industri kertas dan barang-barang kertas, percetakan dan penerbitan
e)      Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu bara, karet dan barang-barang dari plastik
f)       Industri barabg-barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara
g)      Industri logam dasar
h)      Industri barang-barang dari logam, mesin, dan perlengkapannya.
Dengan pendekatan jenis ini Produk industri perdesaan dapat dikelompokan dalam tingkatan dengan ciri-ciri  sebagai berikut:
  1. Barang-barang konsumsi yang mudah rusak (perishable consumer goods) 
  2. Barang-barang konsumsi yang lebih tahan lama (more durable consumer goods)
  3. Barang-barang konsumsi tahan lama (durable consumer goods)
d.      Barang-barang modal dan bahan antara (intermediate and capital goods)
2. Bahan Baku, Bahan Tambahan dan Sumber Energi
a.       Bahan Baku (Main Material)
Bahan Baku adalah bahan utama yang digunakan dalam proses produksi. Bahan ini tergantung pada jenis usahanya. Sesuai dengan konsep industri, bahan baku yang diolah dapat berupa bahan mentah (raw-material)atau bahan yang telah terolah menjadi produk setengah jadi (semi finished product). Bahan baku dapa dibedakan menjadi 2 yaitu:
v  Bahan Mentah
Bahan yang belum mengalami pengolahan dan transformasi bentuk.
v  Bahan Setengah Jadi
Adalah bahan mentah yang terolah dan mengalami transformasi menjadi produk setengah jadi atau produk akhir yang siap konsumsi diperlukan pengolahan tambahan.
b.      Bahan Tambahan (Additional Material)
adalah bahan diluar bahan utama yang ditambahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk jadi maupun setengah jadi sesuai dengan target produksi industri pengolahan yang bersangkutan. Bahan tambahan disebut pula dengan bahan penolong atau bahan antara.
c.       Sumberdaya dan Energi
Adalah berbagai jenis sumber yang menggerakan proses produksi baik yang langsung berkenaan dengan produk atau melalui instrumen tertentu.
d.      Asal dan cara pengadaan bahan
Pada awal perkembangannya, industri perdesaan cenderung berorientasi pada keberadaan sumberdaya, bahkan sejumlah industri tradisional menggunakan sumber bahan yang dimiliki sendiri.
Industri yang berorientasi pada keberadaan sumberdaya pada umumnya mendekatkan diri pada lokasi sumberdaya tersebut. Ada kecenderunbgab perkembangan selanjutnya adalah bahwa bahan baku setempat tidak lagi mencukupi kebutuhan baik karena perkembangannya unit usaha industri, atau semakin banyaknya permintaan dan ketersediaan bahan ini ditutupi dengan mendatangkan bahan dari luar daerah.
Kondisi tersebut bisa digunakan untuk identifikasi perkembangan industri. Semakin maju industri semakin besar proporsi penggunaan sumber-sumber bahan berasal dari non-lokal, baik dalam lingkup rgional dan nasional. Pendekatan perkembangan industri dengan bahan baku sering dikombinasikan dengan pemasaran. Dalam hal ini pemasaran produk ke luar daerah (non-lokal) diasumsikan lebih berkembang dibandingkan dengan pemasaran lokal.
Asumsi ini berdasarkan theori economic base. Jenis-jenis industri yang tergolong basis yaitu yang menjangkau pasar luar daerah/non-lokal dipandang lebih maju perkembangannya dibandingkan yang memasarkan produknya dipasarlokal. Asumsi ini dilatarbelakangi oleh pemahaman bahwa industri yang menjangkau pasar luar daerah akan menghasilkan aliran modal ke daerah terebut yang berarti meningkatnya investasi dan menguatkan dorongan perkembangan sektor ekonomi lainnya.

Sumber bahan
Jangkauan Pemasaran
Lokal
Non-lokal
Lokal
I
(kurang berkembang)
II
(perkembangan sedang)
Non-lokal
II
(perkembangan sedang)
III
(perkembangan baik)
3. Tenaga Kerja Industri Perdesaan
a.      Jenis, Kualitas dan Kuantitas Tenaga Kerja
Tenaga kerja pada industri perdesaan dapat dibedakan menurut jenis, kualitas dan kuantitasnya. Perbedaan dalam tenaga kerja yang digunakan akan menunjukkan perbedaan potensi perkembangannya. Berdasarkan jenis tenaga kerja, pada industri perdesaan terdapat dua kategori utama yaitu tenaga kerja keluarga yang biasa tidak dibayar (unpaid family worker) dan tenaga kerja upahan (paid worker). Kualitas tenaga Kerja, Semakin maju industri maka kualitas tenaga kerjanya semakin jelas spesialisasinya dan semakin lengkap pembagian kerjanya. Dari sisi kuantitas, jumlah tenaga kerja, dapat digunakan untuk mengelompokan industri berdasarkan skala usaha.

b.      Asal Tenaga Kerja
Berdasarkan asalnya,  tenaga kerja dapat dibedakan menjadi tenaga domestik, tenaga setempat, dan tenaga dari luar daerah. Ada kecenderungan bahwa semakin jauh lingkup asal tenaga kerja yang bekerja pada industri perdesaan, semakin maju industri perdesaan tersebut. Asal tenaga kerja bisa diklasifikasikan sebagai berikut: 
v  Tenaga Kerja Domestik yaitu tenaga kerja yang berasal dari rumahtangga pengusaha atau tenaga kerja keluarga.
v  Tenaga Kerja Lokal yaitu tenaga kerja yang bersal dari desa dan lingkungan setempat, biasanya tenaga kerja upahan.
v  Tenaga kerja dari luar (non-lokal) yaitu tenaga kerja yang berasal dari luar lingkungaan atau luar desa.

4. Modal Usaha
Modal sering dinyatakan sebagai masalah yang umum dijumpai dalam pengembangan industri perdesaan. Namun akurasi pernyataan ini masih menjadi kontroversi mengingat banyaknya scheme pinjaman lunak yang tidak termanfaatkan. Ada dua kemungkinan untuk menjelaskan kondisi ini. Petama akses, prosedur, dan persyaratan yang tidak mudah dipenuhi oleh pengusaha industri perdesaan. Kedua, kurangnya kemampuan pengusaha untuk menjamin bahwa pinjaman modal lunak bisa dimanfaatkan untuk peningkatan produktif dan bukan untuk kegiatan konsumtif.
a.      Jenis Modal
Berdasarkan waktu atau periodenya, modal dibedakan menjadi dua yaitu:
v  Modal awal yaitu nilai modal yang ditanamkan untuk memulai usaha.
v  Modal yang berlangsung yaitu besarnya modal yang dipergunakan dalam operasional usaha pada kondisi yang terakhir.
Berdasarkan penggunaannya modal juga dibedakan menjadi dua yaitu:
v  Modal tetap yaitu nilai modal yang ditanamkan untuk pengadaan aset produksi yang berupa tempat usaha dan peralatan produksi serta fasilitas pendukung lainnya.
v  Modal kerja yaitu nilai modal yang dibelanjakan untuk operasional usaha industri secara reguler.

b.      Sumber Modal
Derajat formalitas sumber modal bagi industri perdesaan akan merepresentasikan tingkat kemajuannya. Terdapat kecenderungan bahwa semakin formal sumber modal udara semakain maju usaha tersebut. Hal ini bersesuaian dengan industri modern yang sumber modal usahanya dari sumber formal yaitu perbankan. Secara garis besar, sumber modal dibedakan menjadi dua kategori yaitu:
v  Sumber domestik, yaitu sumber yang berada pada lingkup rumahtangga atau keluarga seperti orang tua, saudara, atau modal milik pribadi, sumber modal ini dipandang kurang memotivasi kemajuan usaha.
v  Sumber modal dari lembaga formal, misalnya bank atau KUD akan menempatkan pengusaha pada pola dan motivasi kerja yang lebih baik agar bisa mempertanggungjawabkan pinjamannya dalam periode angsuran pinjaman yang ditentukan.
5. Pemasaran Produk (Jangkauan dan cara pemsaran)
Keragaman pemasaran industri perdesaan cukup luas. Hal ini tergantung pada jenis industri, kualitas, produk, infrastuktur dan transportasi dan tingkatan (level) pemasaran. Jenis-jenis industri yang mudah rusak akan menjangkau daerah yang relatif terbatas. Semakin lama daya tahan produksi, jangkauan pemasaran semakin luas.
            Pemasaran ini juga tergantung pada saluran pemasaran yang digunakan. Pada umumnya dipahami bahwa industri perdesaan dicirikan dengan tidak adanya pemisahan antara produsen dan pedagan. Pengusaha memasarkan sendiri hasil produksinya, khususnya para pengusaha tradisional. Semakin berkembang indstri perdesaan, pemasaran cenderung melalui beberapa level saluran pemasaran. Dibawah ini beberapa proses pemasaran :
Produsen - Konsumen
Produsen - pedagang setempat – konsumen
Produsen -pedagang setempat – pedagang pengepul/tengkulak - konsumen
Produsen -pedagang eceran – pedagang kolektor - eksportir – konsumen









BAB III
PEMBAHASAN
A.  Jenis Pengelompokan dan Klasifikasi Industri

Industry sale pisang di kecamatan kandangan kabupaten temanggung ini termasuk jenis industry aneka, dan industry makanan dan minuman, yang bertujuan untuk kelangsungan hidup orang banyak. Bahan baku industry ini diambil langsung dari alam yang berwujud pisang yang banyak dijumpai disekitar daerah tersebut. Proses produksi dilakukan secara bersama sama dan bergantian tugas antara laki=laki dengan perempuan.

B. Bahan Baku dan Proses Pembuatan Sale Pisang.
Sale pisang sendiri merupakan olahan pisang yang dibuat dengan cara dikeringkan. Pada mulanya, pembuatan ini ditujukan untuk meminimalisir pisang yang terbuang percuma karena busuk mengingat pisang di Negara kita memang cukup melimpah. Namun seiring perkembangan waktu, sale pisang melebur ke dalam budaya kuliner Indonesia dan semakin digemari. Saat ini, sale pisang telah mengalami banyak inovasi dalam rasa. Penambahan unsur seperti keju dan coklat membuat sale pisang semakin nikmat. Cara membuat sale pisang ini pada dasarnya sangat mudah.

Secara umum, ada beberapa cara membuat sale pisang, antara lain:
1.                  Sale pisang yang dibuat dengan menggunakan asap, baik itu dari kayu atau belerang.
2.                  Sale pisang yang dibuat dengan bantuan natrium bisulfit.
Masing-masing cara ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pembuatan sale pisang dengan natrium bisulfit dan juga asap belerang bisa menanggulangi permasalahan yang dijumpai pada pembuatan sale secara tradisional yakni dengan asap.

Adapun bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan sale pisang antara lain:
1.                  Buah pisang yang telah matang. Cermati kulitnya yang telah menguning. Jenis pisang yang baik diolah menjadi sale pisang antara lain pisang emas, pisang ambon,  dan juga pisang raja, sebab cepat busuk. Jumlahnya terserah Anda.
2.                  Air bersih.
3.                  Tepung terigu, margarine, gula dan garam. Bahan ini opsional, sebab sale pisang yang telah kering bisa langsung digoreng jika ingin.
4.                  Bahan lainnya adalah natrium bisulfit. Ini juga opsional, Anda bisa menggunakannya atau tidak. Jika ingin, bisa dibeli di apotik. Biasanya bentuknya dalam kemasan bubuk.

Cara pengolahan
Pisang yang telah matang dibuka kulitnya dan dibersihkan. Keruk bagian kulit yang masih menempel pada daging pisang. Jika dibiarkan, daging pisang bisa berubah hitam. Kemudian belah 1 buah pisang menjadi dua bagian sama besar. Jika Anda menggunakan natrium bisulfit, sebelum pisang dijemur bisa direndam dengan larutan berupa campuran air dan natrium bisulfit. Lama rendaman kira-kira 10 menit. Setelah itu angkat dan tiriskan selama 15 menit. Setelah itu, susun rapi dalam satu wadah misalnya tampah dan jemur di bawah terik matahari selama kurang lebih 5 hari.

Setelah kadar airnya berkurang, pisang sudah boleh diambil dan disimpan. Saat hendak dikonsumsi, sale pisang bisa langsung digoreng. Jika menginginkan rasa yang lebih nikmat, bisa digoreng dengan terigu. Adapun adonan terigu tersebut berupa campurang tepung terigu, tepung beras. Perbandingannya 2:1. Masukkan gula pasir, garam dan margarine secukupnya. Tambahkan juga air, pastikan tidak terlalu encer dan juga keras. Setelah siap, celupkan sale pisang dan kemudian goreng.

C.  Tenaga Kerja
Tenaga Kerja yang dipakai dalam proses pembuatan sale pisang ini  adalah tenaga kerja yang berasal dari masyarakat di sekitar industry sale pisang yaitu masyarakat di Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung.

D.  Modal Usaha
Modal Usaha yang digunakan untuk industry sal pisang ini, pertama kali dari perorangan dalam membuka usaha kecil-kecilan ini. Tetapi seiring berjalannya waktu dan semakin bertambah besarnya industry ini, maka digunakan juga untuk emberdayakan warga sekitar di daerah tersebut maka modalnya juga di danai oleh koprasi setempat guna menyejahterakan warga disekitar tempat tersebut.



E.  Pemasaran Produk
Proses produksi sale pisang ini masih tradisional karena masih dikerjakan oleh tenaga manusia tanpa dibantu oleh tenaga mesin. Sehingga jumlah produksinya juga tidak begitu banyak dalam sehari, akan tetapi kualitas dari sale pisang ini dapat di bandingkan dengan yang proses produksinya mengunakan bantuan tenaga mesin. Untuk pemasaran produk sale pisang ini, belum terlalu besar, masih dalam lingkup dalam kota saja. Selain dapat di beli di pusat produksinya, sale pisang ini dapat ditemui di beberapa pusat oleh-oleh yag terdapat di Temanggung, karena memiliki hubungan kemitraan yang lumayan bagus.

F.   Matrik Topologi Perkembangan Industri Sale Pisang

Sumber Bahan
Jangkauan Pemasaran
Lokal
Non lokal
Lokal
II
I
Non Lokal
II
I






BAB IV
Kesimpulan

            Berdasarkan kajian diatas dapat diketahui bahwa dalam suatu industry terdapat banyak aspek yang harus diperhatikan guna meningkatkan kualitas dan kuantitas produk agar dapat bersaing di pasar local maupun non local.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar