INDUSTRI
SALE PISANG DI KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN
TEMANGGUNG
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Usaha-usaha manusia dalam memenuhi
kebutuhannya adalah dengan bekerja dan untuk itu perlu adanya lapangang
pekerjaan yang cukup. Untuk itulah perlu digalakannya usaha-usaha yang
tergolong industri kecil di dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan lapangan kerja. Salah satu dari industri kecil yang cukup
berkembang di daerah saya adalah
industri pembuatan Genteng Sokka Kebumen. Industri Genteng di daerah
Kebumen memiliki sejarah yang cukup panjang dalam perkembangannya. Jauh sebelum mengenal
genteng, sebagian masyarakat di Kabupaten Kebumen telah memiliki keterampilan
membuat tembikar. Hal itu didukung jenis tanah di Sokka, Wonosari, Sruweng, dan
Klirong yang bagus untuk bahan tembikar. Sebelum abad ke-20, sudah
banyak warga yang membuat gerabah untuk alat-alat rumah tangga seperti tungku,
gentong, padasan, blengker, jambangan, kendil, cowek, dan jubek dari tanah
lait. Bahkan sampai saat ini, keahlian turun-temurun yang konon hasil interaksi
dengan kebudayaan China itu masih bertahan. Warisan keahlian membuat gerabah
diteruskan masyarakat Gebangsari Kecamatan Klirong yang terkenal sentra gerabah
Kebumen. Kerajinan genteng muncul sekitar tahun 1920-an. Saat itu, Pemerintah
kolonial Belanda melakukan penelitian untuk memetakan daerah-daerah yang
memiliki tanah bagus untuk bahan atap bangunan. Saat itu, dibentuklah
Balai Keramik di Bandung. Kebumen merupakan salah satu dari sejumlah
daerah yang memiliki potensi sentra genteng. Genteng-genteng tersebut untuk memenuhi pembangunan
infrastruktur termasuk untuk dijadikan atap pabrik gula. Bahkan di Kebumen juga
terdapat dua pabrik gula, yakni di Prembun yang bekasnya jadi Pos Polisi
Prembun dan di Kebumen yang saat ini menjadi RSUD. Orang pertama yang
membuat kerajinan genteng adalah H Ahmad. Namun pembuatan genteng masih belum
menggunakan mesin. Produksi genteng masih manual. Namun dari sinilah cikal
bakal industri genteng di Kebumen. Setelah itu, H Abu Ngamar salah satu anak H
Ahmad mendirikan pabrik genteng di Sokka, 200 meter dari Stasiun Sokka di
Pejagoan. Atas bantuan kawannya guru teknik Belanda, mesin pabrik
didatangkan dari Jerman. Produk banyak digunakan untuk atap pabrik gula di
Jawa. Merek genteng yang legendaris itu adalah AB Sokka. Sampai saat ini, di
bekas lokasi pabrik di Dusun Sokka, Desa Kedawung, Kecamatan Pejagoan masih
dapat ditemui lima cerobong pembakaran genteng. Namun cerobong tersebut sudah
tak dipakai. Di kawasan itu juga tampak deretan ruang penyimpanan genteng,
termasuk dari bekas-bekas rel dari dalam pabrik yang tersambung menuju Stasiun
Sokka. Untuk mengembangkan usaha Genteng
Sokka semakin maju perlu adanya
kerjasama antara pemerintah dan pemilik industri genteng Sokka dan masyarakat
sekitar dari pabrik genteng Sokka.
BAB
II
A. Rumusan
Masalah
1. Termasuk ke dalam Jenis dan Pengelompokan apakah
industri sale pisang tersebut?
2. Apa bahan baku dan bagaimana proses produksinya?
3. Bagaiman
Jenis Tenaga Kerjanya pada industry tersebut
?
4. Darimanakah
asal modal dimulainya usahanya sale pisang tersebut
?
5. Di
mana sajakah pemasaran produk sale
pisang tersebut?
6. Bagaimana
Bentuk Tabel Kesimpulan Industri sale
pisang tersebut ?
B. Landasan
Teori
1.
Jenis Pengelompokan dan Klasifikasi Potensi
Di
Indonesia ada dua pengelompokan jenis industri yang berbeda yaitu yang disusun
oleh Departemen Perindustrian dan Badan Pusat Statistik. Pengelompokan menurut
Departemen Perindustrian ada 3 yaitu:
a) Industri
Aneka (IA)
b) Industri
Logam Mesin dan Elektronika (ILME)
c) Industri
Kimia (INKIM)
Badan Pusat Statistik
megelompokan industri
menjadi 8 kelompok
besar yaitu:
a) Industri Makanan, minuman dan tembakau
b) Industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas
kaki
c) Industri kayudan barang-barang dari kayu,
termasuk alat-alat rumahtangga dari kayu
d) Industri kertas dan barang-barang kertas,
percetakan dan penerbitan
e) Industri kimia dan barang-barang dari bahan
kimia, minyak bumi, batu bara, karet dan barang-barang dari plastik
f) Industri barabg-barang galian bukan logam, kecuali
minyak bumi dan batu bara
g) Industri logam dasar
h) Industri barang-barang dari logam, mesin, dan
perlengkapannya.
Dengan
pendekatan jenis ini Produk industri perdesaan dapat dikelompokan dalam
tingkatan dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
- Barang-barang konsumsi yang mudah rusak (perishable consumer goods)
- Barang-barang konsumsi yang lebih tahan lama (more durable consumer goods)
- Barang-barang konsumsi tahan lama (durable consumer goods)
d. Barang-barang modal dan bahan antara (intermediate
and capital goods)
2. Bahan Baku, Bahan Tambahan dan Sumber Energi
a. Bahan Baku (Main Material)
Bahan Baku adalah bahan utama yang digunakan dalam
proses produksi. Bahan ini tergantung pada jenis usahanya. Sesuai dengan konsep
industri, bahan baku yang diolah dapat berupa bahan mentah (raw-material)atau
bahan yang telah terolah menjadi produk setengah jadi (semi finished product).
Bahan baku dapa dibedakan menjadi 2 yaitu:
v Bahan Mentah
Bahan yang
belum mengalami pengolahan dan transformasi bentuk.
v Bahan Setengah Jadi
Adalah bahan mentah yang terolah dan mengalami
transformasi menjadi produk setengah jadi atau produk akhir yang siap konsumsi
diperlukan pengolahan tambahan.
b. Bahan Tambahan (Additional Material)
adalah bahan diluar bahan utama yang ditambahkan
dalam proses produksi untuk menghasilkan produk jadi maupun setengah jadi
sesuai dengan target produksi industri pengolahan yang bersangkutan. Bahan
tambahan disebut pula dengan bahan penolong atau bahan antara.
c. Sumberdaya dan Energi
Adalah berbagai jenis sumber yang menggerakan
proses produksi baik yang langsung berkenaan dengan produk atau melalui
instrumen tertentu.
d. Asal dan cara pengadaan bahan
Pada awal perkembangannya, industri perdesaan
cenderung berorientasi pada keberadaan sumberdaya, bahkan sejumlah industri
tradisional menggunakan sumber bahan yang dimiliki sendiri.
Industri yang berorientasi pada keberadaan
sumberdaya pada umumnya mendekatkan diri pada lokasi sumberdaya tersebut. Ada
kecenderunbgab perkembangan selanjutnya adalah bahwa bahan baku setempat tidak
lagi mencukupi kebutuhan baik karena perkembangannya unit usaha industri, atau
semakin banyaknya permintaan dan ketersediaan bahan ini ditutupi dengan
mendatangkan bahan dari luar daerah.
Kondisi tersebut bisa digunakan untuk identifikasi
perkembangan industri. Semakin maju industri semakin besar proporsi penggunaan
sumber-sumber bahan berasal dari non-lokal, baik dalam lingkup rgional dan
nasional. Pendekatan perkembangan industri dengan bahan baku sering
dikombinasikan dengan pemasaran. Dalam hal ini pemasaran produk ke luar daerah
(non-lokal) diasumsikan lebih berkembang dibandingkan dengan pemasaran lokal.
Asumsi ini berdasarkan theori economic base.
Jenis-jenis industri yang tergolong basis yaitu yang menjangkau pasar luar
daerah/non-lokal dipandang lebih maju perkembangannya dibandingkan yang
memasarkan produknya dipasarlokal. Asumsi ini dilatarbelakangi oleh pemahaman
bahwa industri yang menjangkau pasar luar daerah akan menghasilkan aliran modal
ke daerah terebut yang berarti meningkatnya investasi dan menguatkan dorongan
perkembangan sektor ekonomi lainnya.
Sumber
bahan
|
Jangkauan Pemasaran
|
|
Lokal
|
Non-lokal
|
|
Lokal
|
I
(kurang berkembang)
|
II
(perkembangan sedang)
|
Non-lokal
|
II
(perkembangan sedang)
|
III
(perkembangan baik)
|
3. Tenaga Kerja Industri
Perdesaan
a. Jenis, Kualitas dan Kuantitas Tenaga Kerja
Tenaga kerja pada industri perdesaan dapat
dibedakan menurut jenis, kualitas dan kuantitasnya. Perbedaan dalam tenaga
kerja yang digunakan akan menunjukkan perbedaan potensi perkembangannya. Berdasarkan
jenis tenaga kerja, pada industri perdesaan terdapat dua kategori utama yaitu
tenaga kerja keluarga yang biasa tidak dibayar (unpaid family worker)
dan tenaga kerja upahan (paid worker). Kualitas tenaga Kerja, Semakin
maju industri maka kualitas tenaga kerjanya semakin jelas spesialisasinya dan
semakin lengkap pembagian kerjanya. Dari sisi kuantitas, jumlah tenaga kerja,
dapat digunakan untuk mengelompokan industri berdasarkan skala usaha.
b. Asal Tenaga Kerja
Berdasarkan asalnya, tenaga kerja dapat dibedakan menjadi tenaga
domestik, tenaga setempat, dan tenaga dari luar daerah. Ada kecenderungan bahwa
semakin jauh lingkup asal tenaga kerja yang bekerja pada industri perdesaan,
semakin maju industri perdesaan tersebut. Asal tenaga kerja bisa
diklasifikasikan sebagai berikut:
v Tenaga Kerja Domestik yaitu tenaga kerja yang
berasal dari rumahtangga pengusaha atau tenaga kerja keluarga.
v Tenaga Kerja Lokal yaitu tenaga kerja yang bersal
dari desa dan lingkungan setempat, biasanya tenaga kerja upahan.
v Tenaga kerja dari luar (non-lokal) yaitu tenaga
kerja yang berasal dari luar lingkungaan atau luar desa.
4. Modal Usaha
Modal sering dinyatakan sebagai masalah yang umum
dijumpai dalam pengembangan industri perdesaan. Namun akurasi pernyataan ini
masih menjadi kontroversi mengingat banyaknya scheme pinjaman lunak yang tidak
termanfaatkan. Ada dua kemungkinan untuk menjelaskan kondisi ini. Petama akses,
prosedur, dan persyaratan yang tidak mudah dipenuhi oleh pengusaha industri
perdesaan. Kedua, kurangnya kemampuan pengusaha untuk menjamin bahwa pinjaman
modal lunak bisa dimanfaatkan untuk peningkatan produktif dan bukan untuk
kegiatan konsumtif.
a. Jenis Modal
Berdasarkan waktu atau periodenya, modal dibedakan
menjadi dua yaitu:
v Modal awal yaitu nilai modal yang ditanamkan untuk
memulai usaha.
v Modal yang berlangsung yaitu besarnya modal yang
dipergunakan dalam operasional usaha pada kondisi yang terakhir.
Berdasarkan penggunaannya modal juga dibedakan
menjadi dua yaitu:
v Modal tetap yaitu nilai modal yang ditanamkan untuk
pengadaan aset produksi yang berupa tempat usaha dan peralatan produksi serta
fasilitas pendukung lainnya.
v Modal kerja yaitu nilai modal yang dibelanjakan
untuk operasional usaha industri secara reguler.
b. Sumber Modal
Derajat formalitas sumber modal bagi industri
perdesaan akan merepresentasikan tingkat kemajuannya. Terdapat kecenderungan
bahwa semakin formal sumber modal udara semakain maju usaha tersebut. Hal ini
bersesuaian dengan industri modern yang sumber modal usahanya dari sumber
formal yaitu perbankan. Secara garis besar, sumber modal dibedakan menjadi dua
kategori yaitu:
v Sumber domestik, yaitu sumber yang berada pada
lingkup rumahtangga atau keluarga seperti orang tua, saudara, atau modal milik
pribadi, sumber modal ini dipandang kurang memotivasi kemajuan usaha.
v Sumber modal dari lembaga formal, misalnya bank
atau KUD akan menempatkan pengusaha pada pola dan motivasi kerja yang lebih
baik agar bisa mempertanggungjawabkan pinjamannya dalam periode angsuran
pinjaman yang ditentukan.
5. Pemasaran Produk (Jangkauan dan cara pemsaran)
Keragaman pemasaran industri perdesaan cukup luas.
Hal ini tergantung pada jenis industri, kualitas, produk, infrastuktur dan
transportasi dan tingkatan (level) pemasaran. Jenis-jenis industri yang mudah
rusak akan menjangkau daerah yang relatif terbatas. Semakin lama daya tahan
produksi, jangkauan pemasaran semakin luas.
Pemasaran ini juga
tergantung pada saluran pemasaran yang digunakan. Pada umumnya dipahami bahwa
industri perdesaan dicirikan dengan tidak adanya pemisahan antara produsen dan
pedagan. Pengusaha memasarkan sendiri hasil produksinya, khususnya para
pengusaha tradisional. Semakin berkembang indstri perdesaan, pemasaran
cenderung melalui beberapa level saluran pemasaran. Dibawah ini beberapa
proses pemasaran :
Produsen - Konsumen
Produsen - pedagang setempat – konsumen
Produsen -pedagang setempat – pedagang pengepul/tengkulak - konsumen
Produsen -pedagang eceran – pedagang kolektor - eksportir – konsumen
BAB III
PEMBAHASAN
A. Jenis Pengelompokan dan Klasifikasi Industri
Industry sale pisang di kecamatan kandangan kabupaten temanggung ini
termasuk jenis industry aneka, dan industry makanan dan minuman, yang bertujuan
untuk kelangsungan hidup orang banyak. Bahan baku industry ini diambil langsung
dari alam yang berwujud pisang yang banyak dijumpai disekitar daerah tersebut.
Proses produksi dilakukan secara bersama sama dan bergantian tugas antara
laki=laki dengan perempuan.
B. Bahan Baku dan Proses Pembuatan Sale
Pisang.
Sale
pisang sendiri merupakan olahan pisang yang dibuat dengan cara dikeringkan.
Pada mulanya, pembuatan ini ditujukan untuk meminimalisir pisang yang terbuang
percuma karena busuk mengingat pisang di Negara kita memang cukup melimpah.
Namun seiring perkembangan waktu, sale pisang melebur ke dalam budaya kuliner
Indonesia dan semakin digemari. Saat ini, sale pisang telah mengalami banyak
inovasi dalam rasa. Penambahan unsur seperti keju dan coklat membuat sale
pisang semakin nikmat. Cara membuat sale pisang ini pada dasarnya
sangat mudah.
Secara umum, ada beberapa cara membuat sale pisang, antara lain:
1.
Sale
pisang yang dibuat dengan menggunakan asap, baik itu dari kayu atau belerang.
Masing-masing
cara ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pembuatan sale
pisang dengan natrium bisulfit dan juga asap belerang bisa menanggulangi
permasalahan yang dijumpai pada pembuatan sale secara tradisional yakni dengan
asap.
Adapun bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan sale pisang antara lain:
1.
Buah
pisang yang telah matang. Cermati kulitnya yang telah menguning. Jenis pisang
yang baik diolah menjadi sale pisang antara lain pisang emas, pisang
ambon, dan juga pisang raja, sebab cepat busuk. Jumlahnya terserah Anda.
2.
Air
bersih.
3.
Tepung
terigu, margarine, gula dan garam. Bahan ini opsional, sebab sale pisang yang
telah kering bisa langsung digoreng jika ingin.
4.
Bahan
lainnya adalah natrium bisulfit. Ini juga opsional, Anda bisa menggunakannya
atau tidak. Jika ingin, bisa dibeli di apotik. Biasanya bentuknya dalam kemasan
bubuk.
Cara pengolahan
Pisang
yang telah matang dibuka kulitnya dan dibersihkan. Keruk bagian kulit yang
masih menempel pada daging pisang. Jika dibiarkan, daging pisang bisa berubah
hitam. Kemudian belah 1 buah pisang menjadi dua bagian sama besar. Jika Anda
menggunakan natrium bisulfit, sebelum pisang dijemur bisa direndam dengan
larutan berupa campuran air dan natrium bisulfit. Lama rendaman kira-kira 10
menit. Setelah itu angkat dan tiriskan selama 15 menit. Setelah itu, susun rapi
dalam satu wadah misalnya tampah dan jemur di bawah terik matahari selama
kurang lebih 5 hari.
Setelah kadar airnya berkurang, pisang sudah boleh diambil dan disimpan. Saat hendak dikonsumsi, sale pisang bisa langsung digoreng. Jika menginginkan rasa yang lebih nikmat, bisa digoreng dengan terigu. Adapun adonan terigu tersebut berupa campurang tepung terigu, tepung beras. Perbandingannya 2:1. Masukkan gula pasir, garam dan margarine secukupnya. Tambahkan juga air, pastikan tidak terlalu encer dan juga keras. Setelah siap, celupkan sale pisang dan kemudian goreng.
C.
Tenaga
Kerja
Tenaga
Kerja yang dipakai dalam proses pembuatan sale
pisang ini adalah tenaga kerja yang berasal dari
masyarakat di sekitar industry sale
pisang yaitu masyarakat di Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung.
D.
Modal
Usaha
Modal
Usaha yang digunakan untuk industry
sal pisang ini, pertama kali dari perorangan dalam membuka usaha kecil-kecilan
ini. Tetapi seiring berjalannya waktu dan semakin bertambah besarnya industry
ini, maka digunakan juga untuk emberdayakan warga sekitar di daerah tersebut
maka modalnya juga di danai oleh koprasi setempat guna menyejahterakan warga
disekitar tempat tersebut.
E.
Pemasaran
Produk
Proses produksi sale pisang ini masih tradisional
karena masih dikerjakan oleh tenaga manusia tanpa dibantu oleh tenaga mesin.
Sehingga jumlah produksinya juga tidak begitu banyak dalam sehari, akan tetapi
kualitas dari sale pisang ini dapat di bandingkan dengan yang proses
produksinya mengunakan bantuan tenaga mesin. Untuk pemasaran produk sale pisang
ini, belum terlalu besar, masih dalam lingkup dalam kota saja. Selain dapat di
beli di pusat produksinya, sale pisang ini dapat ditemui di beberapa pusat
oleh-oleh yag terdapat di Temanggung, karena memiliki hubungan kemitraan yang
lumayan bagus.
F.
Matrik
Topologi Perkembangan Industri Sale Pisang
Sumber
Bahan
|
Jangkauan
Pemasaran
|
|
Lokal
|
Non
lokal
|
|
Lokal
|
II
|
I
|
Non
Lokal
|
II
|
I
|
BAB IV
Kesimpulan
Berdasarkan
kajian diatas dapat diketahui bahwa dalam suatu industry terdapat banyak aspek
yang harus diperhatikan guna meningkatkan kualitas dan kuantitas produk agar
dapat bersaing di pasar local maupun non local.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar