Jumat, 31 Januari 2014

DESKRIPSI TENTANG SUATU USAHA


 
TUGAS KEWIRAUSAHAAN
DESKRIPSI TENTANG SUATU USAHA
Ibu Erli Erla Wati, 43 tahun. Profesinya kini bisa dikatakn sebagai perajin clay. Dulu ia sempat bekerja sebagai akunting, karena Ibu Erli adalah lulusan jurusan akuntansi di sebuah universitas di Jakarta. Namun, sejak ia menikah dengan Bapak Iwan Santosa, 45 tahun ia memintanya berhenti bekerja. Suaminya dulu teman sekampusnya, hanya bedanya Bapak Iwan jurusan kedokteran. Kini Bapak Iwan tentu saja sudah menjadi dokter.
Setelah menikah, Ibu Erli melahirkan dua anak, Irena Santosa yang kini berusia 17 tahun dan Ivana Santosa yang kini berumur 4 tahun. Lantaran kedua anaknya sudah mulai beranjak besar, Ibu Erli yang sehari hari mengurusi rumah tangga akhirnya mulai mencari-cari kegiatan untuk mengisi waktu luang di rumah. Kebetulan, suaminya mengizinkan ia bekerja kembali, asalkan tidak sampai meninggalkan anak anak.
JUAL KERAJINANq         
Selama di rumah, sebetulnya ia tidak murni menganggur. Sembarimengurussuami, anakanak dan rumahtangga. Iamelakukankegiatanmerajutaneka tas, membuatkerajinandari pita dan barangketerampilanlain. Estela terkumpul, barangbarangituiajual. Lumayan, adasesuatu yang bisa dilakukannyauntukmengisiwaktusenggang. Yang iainginkanwaktuituhanyamembuatsesuatu yang bisa dijualcepattapimudahdipelajari.
IbuErlimempelajarisemuaitu secara otodidak, daribuku. Namur, IbuErlisempatmenghentikanhobinyainiketikaanaknyalahirkareaninginfokusmerawatanak. Iabarumemulainyakembali estela Irene berusiaduatahun. Naum, ternyataperjalananberbisniskecilkecilansepertiinitetap saja adaresikonya. IbuErlisempatberhentiberjualan, karenasaatitubarang-barangnya di beliorang, tapitidakdibayar.
Laluiabantingsetir, mencobabeberapa usa baru. Antara lain, membukasalon dan menjadi supplier bahanbangunan. Namur, usahainikurangdisetjujuisuaminyakarenaIbuErlijaditidak bisa diam di rumahdanmengurusanak. Sebab, IbuErliharusseringberpergian. Laluiaputarotak agar bisa tetapbekerjadarirumah. Pilihannyajatuh pada keterampilan. Iamemulainyamembuatanekarajutan.
Merajutbukanlahhal yang sulitbuatnya, sebab, iasudahdisuruh relajar merajutolehIbunyasejakiaberusia 4 tahun. Ibunya yang hidup di zamanpenjajahanberpendapat, seorangperempuanharuslahmempunyaiketerampilan, jadibeliaumewajibkananakanaknya relajar merajut, yang waktuitudiajarkanolehseorangsuster yang bekerja pada keluargaBelanda. MungkinkarenaumurIbuErlimazSangaykecil, ketikaituiatidaksukamerajut. Namur, ibunyatidakmautahu. Pokoknya, harus relajar merajut.
Kalautidakmaubelajar, IbuErlidicubitibunyasampaimenangis. Akhirnya, akuterpaksamaubelajarmerajut. Kami yang tinggal di desakecil di daerahParakan, Temanggung, JawaTengah, memangbukankeluargamampu. Untukmembelijarumrajutnya saja, ibunyaharusdatangketukang tambal ban dan menjarijarijari roda sepeda. Setelahitubeliauakanpergiketukangbubutuntukmenjadikannyabatanglogamitulancipsehingga bisa dijadikanjarumrajut.
Setelahpunyaanak dan memutuskanuntukbekerjadarirumahdenganmembuatketerampilan, iapikirapasalahnyamengerjakanrajutan yang dulusudahdipelajari. Rupanya, inilah jalan yang diberikanTuhanuntuknya, melaluiibunya, yang iarasakankelakdikemudianhari. Kegiatan yang dulumembuatnyamenangiskarenatersiksaitu, kinimembukajalannyauntukpunyausahasendiri.
Ceritanya, setelahmerajut, kerajinan yang iabuatmulaiberkembangragamnya. Bukanhanyarajutan saja karyanya, pelan pelaniamencobaketerampilanlain, termasuk di antaranyadaribahan clay. Awalnyaiamencobamembelibukunya dan mencaritahuselukbeluk clay. Untukmendapatkanilmulebihdalam, iaikutmendapatkanilmulebihdalam, iaikutberbagaikursus yang diadakanorangorang yang sudahseniordibidangitu. Darisitulahiamakintahusifatsifat clay.
Iamulaiberanimembelibukulebihbanyaklagi, lalubelajarsendiridaribukuitu. Ternyata, iaSangatmenikmatiduniabaru yang ialakukansejaktahunakhirtahun 2007 ini. Saatitu, belumbanyakorang yang berbisnis di bidang clay. Jadi, IbuErlipikirmazpunyakesempatanuntukbermain di bidangini. Ternyatadugaannyabenar, iamendapat desempatan yang saatituIbuErlianggaplangka.


JADI AGEN TUNGGAL
Terlalusukanya pada clay, iamencaripabrik yang memproduksi clay itu. Lebihdariitu, iamencobamengajukandirikepabrikpembuatanclay yang ada di Jepanguntukmenjadiagentunggaluntukwilayah Indonesia. Sebab, ialihatvariaibahan calay yang ada di Indonesia belumlengkap. Di situlahiamenangkapkesempatanuntukmenjadiagentunggalpendistribusian clay di Indonesia. Kebaghagiannyamenjadilengkapkarenasuaminya pun mendukungpenuh.
Toko kecil kemudian ia buka di rumah. Di sini, ia menyediakan beberapa produk clayimpor dari Jepang. Juga menyediakan perlengkapan dan peralatan untuk membuat keterampilannya. Agar makin lengkap, ia juga menyediakan perlengkapan merajut. Ketertarikannya pada clay tak berhenti dengan menjadi agen tunggal saja. Ia juga mendalami segala hal yang berhubungan dengan clay. Oleh karena itu, ketika anak anak sudah beranjak besar, ia memberanikan diri meminta izin kepada suami untuk mempelajari clay secara langsung di Jepang. Betapa bahagianya Ibu Erli karena suaminya mengizinkannya.
April 2008 ia berangkat ke Jepang tidak ada kursus singkat clay. Namun ia bisa belajar selama dua minggu pada seorang guru clay di sana karena mendapat rekomendasi dari pabrik clay yang menjadikannya agen tunggal itu. Ia bisa mendapatkan rekomendasi lantaran target penjualannya sebagai agen tunggal terpenuhi. Di sana, selama dua minggu, sejak pagi sampai sore, ia berkutat dengan clay. Sebagian besar yang ia pelajari bukanlah hal hal dasar lagi, melainkan hal terbaru yang sedang jadi tren di Jepang. Salah satu hal yang dilihat ketika belajar di Jepang adalah cara mengajar mereka yang berbeda dari para guru kursus di Indonesia.
Di indonesia, para guru kursus umumnya tidak memberikan detail dasarnya, sehingga murid tergantung pada gurunya. Keterampilan yang dimiliki jadi tergantung dari apa yang diberikan guru. Sementara di Jepang, ia langsung diberikan trik trik mempelajariclay. Jadi, dengan satu kunci saja, Ibu Erli bisa membuat berbagai macam karya.
MEMBUKA KURSUS
Sepulang dari Jepang, Ibu Erli membuka kelas kursus dengan sitem paket. Setelah itu, ia juga mulai membuka kursus untuk para instruktur kursus, yaitu bagi orang orang yang ingin menjadi guru kursus clay. Sebetulnya dunia clay sangat dekat dan berhubungan langsung dengan keseharian kita, loh. Misalnya, ketika kita makan di restoran, kita bisa meniru menu yang disajikan menjadi paket makanan berbahan clay, sehingga bisa dijadikan dummy menu itu. Atau, misalnya ketika kita melihat sekuntum bunga, kita bisa memotretnya lalu membuatnya dalam bentuk clay.
Namun, cara ini hanya bisa dilakukan bila kita menguasai teknik dasarnya dan tahu jenis jenis clay. Sebab, ada banyak jenis clay yang ada di pasaran. Kita tidka bisa bilang clay jenis A jelek, sebab tiap jenis memiliki sifat yang berbeda. Mungkin yang terjadi adalah penggunaannya yang kurang tepat. Misalnya, karena sifatnya yang berat, stone clay tidak bisa digunakan untuk membuat barang yang ukurannya kecil.
Jadi, stone clay lebih cocok untuk membuat patung atau hiasan meja. Semetara, paper clay yang sifatnya ringan, tidak bisa dibentuk untuk ukuran yang sangat kecil karena tidak lentur. Sayangnya banyak orang di Indoesia yang tidak mempelajari sifat dari masing masing bahan clay. Ini jadi kendala buat mereka, Ibu Erli justru sangat menikmati ketika mempelajari seluk beluk clay. Dengan tahu hal itu, kita punya kepuasan batin luar biasa.
Sebelumnya, ia megajar ekstrakulikuler clay di SMP dan SMA Regina Pcis, Jakarta. Rupanya banyak murid yang tertarik, tapi sayang para orang tua murid keberatan dengan biayanya. Padahal perkembangan kepribadian para siswa ikut kegiatan ini menjadi bagus.
Penelitian yang dilakukan di Korea dan Jepang menyebutkan dengan bermain clay, anak anak maupun dewasa, laki laki maupun perempuan akan terbantu dan mengalami perkembangan EQ (kecerdasan emosional). Ibu Erli tertarik membuktikan hal itu dengan mengajar clay di sekolah. Ternyata, benar, pertama kali mengajar di Regina Pacis, ia bertemu seorang siwsa di SMP yang juara umum. Ia menanyakan bagaimana cara membuat burger clay. Karena ia tahu suasana burger, Ibu Erli memintanya untuk mebuatnya. Rupanya, ia tak tahu harus bagaimana. Lalu Ibu Erli memberikan contoh membuat burger yang selesai dalam waktu lima menit. Tak disangka, minggu depannya ia datang kepada Ibu Erli dengan boneka balerina yang ia buat dari clay. Bahkan tak terpikir oleh Ibu erli sebelumnya kan membuat seperti karyanya. Dari situlah Ibu Erli melihat, pendidikan di Indonesia terlalu banyak teori.
Stelah satu semester mengajar, salah satu orang tua murid menemui Ibu Erli dan bertanya apakah anaknya masih SD boleh ikut belajar?. Ibu Erli setuju karena bahanclay ini tidak beracun. Orang tua murid itu bercerita, anaknya yang duduk di bangku SMP sebelumnya adalah anak yang sangat tertutup dan suka ngambek bila mendapat komentar kurang menyenangkan. Namun setelah bermain clay, anak itu menjadi terbuka dalam menerima kritik.
Para guru du sekolah itu juga mengatakan, siswa yang ikut kelas clay lebih mau mencoba menyelesaikan soal soal yang diberikan dengan cara lain, dibanding yang tidak ikut. Sebab, ketika membuat clay, orang harus sistematis saat pengerjaanya. Di sinilah menurut Ibu Erli peran yang penting dalam membuat EQ mereka berkembang. Senang rasanya mengeteahui hal itu.sebab pada akhirnya ini menjadi pendorong Ibu Erli UNTUK terus berkarya di dunia clay.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar