TUGAS KEWIRAUSAHAAN
DESKRIPSI TENTANG SUATU USAHA
Ibu Erli Erla Wati, 43 tahun.
Profesinya kini bisa dikatakn sebagai perajin clay. Dulu ia sempat
bekerja sebagai akunting, karena Ibu Erli adalah lulusan jurusan akuntansi di
sebuah universitas di Jakarta. Namun, sejak ia menikah dengan Bapak Iwan
Santosa, 45 tahun ia memintanya berhenti bekerja. Suaminya dulu teman
sekampusnya, hanya bedanya Bapak Iwan jurusan kedokteran. Kini Bapak Iwan tentu
saja sudah menjadi dokter.
Setelah menikah, Ibu Erli melahirkan dua anak,
Irena Santosa yang kini berusia 17 tahun dan Ivana Santosa yang kini berumur 4
tahun. Lantaran kedua anaknya sudah mulai beranjak besar, Ibu Erli yang sehari
hari mengurusi rumah tangga akhirnya mulai mencari-cari kegiatan untuk mengisi
waktu luang di rumah. Kebetulan, suaminya mengizinkan ia bekerja kembali,
asalkan tidak sampai meninggalkan anak anak.
JUAL KERAJINANq
Selama di rumah, sebetulnya ia tidak murni
menganggur. Sembarimengurussuami,
anakanak dan rumahtangga. Iamelakukankegiatanmerajutaneka tas,
membuatkerajinandari pita dan barangketerampilanlain. Estela terkumpul,
barangbarangituiajual. Lumayan, adasesuatu yang bisa
dilakukannyauntukmengisiwaktusenggang. Yang iainginkanwaktuituhanyamembuatsesuatu
yang bisa dijualcepattapimudahdipelajari.
IbuErlimempelajarisemuaitu secara otodidak,
daribuku. Namur,
IbuErlisempatmenghentikanhobinyainiketikaanaknyalahirkareaninginfokusmerawatanak.
Iabarumemulainyakembali estela Irene berusiaduatahun. Naum,
ternyataperjalananberbisniskecilkecilansepertiinitetap saja adaresikonya.
IbuErlisempatberhentiberjualan, karenasaatitubarang-barangnya di beliorang,
tapitidakdibayar.
Laluiabantingsetir, mencobabeberapa usa baru.
Antara lain, membukasalon dan menjadi supplier bahanbangunan.
Namur, usahainikurangdisetjujuisuaminyakarenaIbuErlijaditidak bisa diam di
rumahdanmengurusanak. Sebab, IbuErliharusseringberpergian. Laluiaputarotak agar
bisa tetapbekerjadarirumah. Pilihannyajatuh pada keterampilan. Iamemulainyamembuatanekarajutan.
Merajutbukanlahhal yang sulitbuatnya, sebab,
iasudahdisuruh relajar merajutolehIbunyasejakiaberusia 4 tahun. Ibunya yang
hidup di zamanpenjajahanberpendapat,
seorangperempuanharuslahmempunyaiketerampilan, jadibeliaumewajibkananakanaknya
relajar merajut, yang waktuitudiajarkanolehseorangsuster yang bekerja pada
keluargaBelanda. MungkinkarenaumurIbuErlimazSangaykecil,
ketikaituiatidaksukamerajut. Namur, ibunyatidakmautahu. Pokoknya, harus relajar
merajut.
Kalautidakmaubelajar, IbuErlidicubitibunyasampaimenangis.
Akhirnya, akuterpaksamaubelajarmerajut. Kami yang tinggal di desakecil di
daerahParakan, Temanggung, JawaTengah, memangbukankeluargamampu.
Untukmembelijarumrajutnya saja, ibunyaharusdatangketukang tambal ban dan
menjarijarijari roda sepeda.
Setelahitubeliauakanpergiketukangbubutuntukmenjadikannyabatanglogamitulancipsehingga
bisa dijadikanjarumrajut.
Setelahpunyaanak dan
memutuskanuntukbekerjadarirumahdenganmembuatketerampilan,
iapikirapasalahnyamengerjakanrajutan yang dulusudahdipelajari. Rupanya, inilah
jalan yang diberikanTuhanuntuknya, melaluiibunya, yang
iarasakankelakdikemudianhari. Kegiatan yang
dulumembuatnyamenangiskarenatersiksaitu,
kinimembukajalannyauntukpunyausahasendiri.
Ceritanya, setelahmerajut, kerajinan yang
iabuatmulaiberkembangragamnya. Bukanhanyarajutan saja karyanya, pelan
pelaniamencobaketerampilanlain, termasuk di antaranyadaribahan clay.
Awalnyaiamencobamembelibukunya dan mencaritahuselukbeluk clay.
Untukmendapatkanilmulebihdalam, iaikutmendapatkanilmulebihdalam,
iaikutberbagaikursus yang diadakanorangorang yang sudahseniordibidangitu.
Darisitulahiamakintahusifatsifat clay.
Iamulaiberanimembelibukulebihbanyaklagi,
lalubelajarsendiridaribukuitu. Ternyata, iaSangatmenikmatiduniabaru yang
ialakukansejaktahunakhirtahun 2007 ini. Saatitu, belumbanyakorang yang
berbisnis di bidang clay. Jadi,
IbuErlipikirmazpunyakesempatanuntukbermain di bidangini.
Ternyatadugaannyabenar, iamendapat desempatan yang saatituIbuErlianggaplangka.
JADI AGEN TUNGGAL
Terlalusukanya pada clay,
iamencaripabrik yang memproduksi clay itu. Lebihdariitu,
iamencobamengajukandirikepabrikpembuatanclay yang ada di
Jepanguntukmenjadiagentunggaluntukwilayah Indonesia. Sebab,
ialihatvariaibahan calay yang ada di Indonesia belumlengkap.
Di situlahiamenangkapkesempatanuntukmenjadiagentunggalpendistribusian clay di
Indonesia. Kebaghagiannyamenjadilengkapkarenasuaminya pun mendukungpenuh.
Toko kecil kemudian ia buka di rumah. Di sini, ia
menyediakan beberapa produk clayimpor dari Jepang. Juga menyediakan
perlengkapan dan peralatan untuk membuat keterampilannya. Agar makin lengkap,
ia juga menyediakan perlengkapan merajut. Ketertarikannya pada clay tak
berhenti dengan menjadi agen tunggal saja. Ia juga mendalami segala hal yang
berhubungan dengan clay. Oleh karena itu, ketika anak anak sudah
beranjak besar, ia memberanikan diri meminta izin kepada suami untuk
mempelajari clay secara langsung di Jepang. Betapa bahagianya
Ibu Erli karena suaminya mengizinkannya.
April 2008 ia berangkat ke Jepang tidak ada kursus
singkat clay. Namun ia bisa belajar selama dua minggu pada seorang
guru clay di sana karena mendapat rekomendasi dari
pabrik clay yang menjadikannya agen tunggal itu. Ia bisa
mendapatkan rekomendasi lantaran target penjualannya sebagai agen tunggal
terpenuhi. Di sana, selama dua minggu, sejak pagi sampai sore, ia berkutat
dengan clay. Sebagian besar yang ia pelajari bukanlah hal hal dasar
lagi, melainkan hal terbaru yang sedang jadi tren di Jepang. Salah satu hal
yang dilihat ketika belajar di Jepang adalah cara mengajar mereka yang berbeda
dari para guru kursus di Indonesia.
Di indonesia, para guru kursus umumnya tidak
memberikan detail dasarnya, sehingga murid tergantung pada gurunya.
Keterampilan yang dimiliki jadi tergantung dari apa yang diberikan guru.
Sementara di Jepang, ia langsung diberikan trik trik mempelajariclay.
Jadi, dengan satu kunci saja, Ibu Erli bisa membuat berbagai macam karya.
MEMBUKA KURSUS
Sepulang dari Jepang, Ibu Erli membuka kelas kursus
dengan sitem paket. Setelah itu, ia juga mulai membuka kursus untuk para
instruktur kursus, yaitu bagi orang orang yang ingin menjadi guru kursus clay.
Sebetulnya dunia clay sangat dekat dan berhubungan langsung
dengan keseharian kita, loh. Misalnya, ketika kita makan di restoran, kita bisa
meniru menu yang disajikan menjadi paket makanan berbahan clay,
sehingga bisa dijadikan dummy menu itu. Atau, misalnya ketika
kita melihat sekuntum bunga, kita bisa memotretnya lalu membuatnya dalam
bentuk clay.
Namun, cara ini hanya bisa dilakukan bila kita
menguasai teknik dasarnya dan tahu jenis jenis clay. Sebab, ada
banyak jenis clay yang ada di pasaran. Kita tidka bisa
bilang clay jenis A jelek, sebab tiap jenis memiliki sifat
yang berbeda. Mungkin yang terjadi adalah penggunaannya yang kurang tepat.
Misalnya, karena sifatnya yang berat, stone clay tidak bisa
digunakan untuk membuat barang yang ukurannya kecil.
Jadi, stone clay lebih cocok untuk
membuat patung atau hiasan meja. Semetara, paper clay yang
sifatnya ringan, tidak bisa dibentuk untuk ukuran yang sangat kecil karena
tidak lentur. Sayangnya banyak orang di Indoesia yang tidak mempelajari sifat
dari masing masing bahan clay. Ini jadi kendala buat mereka, Ibu
Erli justru sangat menikmati ketika mempelajari seluk beluk clay.
Dengan tahu hal itu, kita punya kepuasan batin luar biasa.
Sebelumnya, ia megajar ekstrakulikuler clay di
SMP dan SMA Regina Pcis, Jakarta. Rupanya banyak murid yang tertarik, tapi
sayang para orang tua murid keberatan dengan biayanya. Padahal perkembangan
kepribadian para siswa ikut kegiatan ini menjadi bagus.
Penelitian yang dilakukan di Korea dan Jepang
menyebutkan dengan bermain clay, anak anak maupun dewasa, laki laki
maupun perempuan akan terbantu dan mengalami perkembangan EQ (kecerdasan
emosional). Ibu Erli tertarik membuktikan hal itu dengan mengajar clay di
sekolah. Ternyata, benar, pertama kali mengajar di Regina Pacis, ia bertemu
seorang siwsa di SMP yang juara umum. Ia menanyakan bagaimana cara
membuat burger clay. Karena ia tahu suasana burger, Ibu
Erli memintanya untuk mebuatnya. Rupanya, ia tak tahu harus bagaimana. Lalu Ibu
Erli memberikan contoh membuat burger yang selesai dalam waktu
lima menit. Tak disangka, minggu depannya ia datang kepada Ibu Erli dengan
boneka balerina yang ia buat dari clay. Bahkan tak terpikir oleh
Ibu erli sebelumnya kan membuat seperti karyanya. Dari situlah Ibu Erli
melihat, pendidikan di Indonesia terlalu banyak teori.
Stelah satu semester mengajar, salah satu orang tua
murid menemui Ibu Erli dan bertanya apakah anaknya masih SD boleh ikut
belajar?. Ibu Erli setuju karena bahanclay ini tidak beracun. Orang
tua murid itu bercerita, anaknya yang duduk di bangku SMP sebelumnya adalah
anak yang sangat tertutup dan suka ngambek bila mendapat komentar kurang
menyenangkan. Namun setelah bermain clay, anak itu menjadi terbuka
dalam menerima kritik.
Para guru du sekolah itu juga mengatakan, siswa
yang ikut kelas clay lebih mau mencoba menyelesaikan soal soal
yang diberikan dengan cara lain, dibanding yang tidak ikut. Sebab, ketika
membuat clay, orang harus sistematis saat pengerjaanya. Di sinilah
menurut Ibu Erli peran yang penting dalam membuat EQ mereka berkembang. Senang
rasanya mengeteahui hal itu.sebab pada akhirnya ini menjadi pendorong Ibu Erli
UNTUK terus berkarya di dunia clay.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar