PRAKTIKUM PENGENALAN STRUKTUR, LITOLOGI DAN PROSES GEOMORFOLOGI BERDASARKAN BENTUK LAHAN YANG ADA
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui struktur, litologi, proses dan ciri bentuk lahan asal genesis.
2. Mahasiswa dapat membuat penampang melintang berdasarkan peta topografi / peta kontur tersebut.
II. ALAT DAN BAHAN
1. Peta topografi / kontur
2. Perlengkapan alat tulis-menulis
3. Kertas kalkir
III. DASAR TEORI
Salah
satu kunci pokok dalam mempelajari Geomorfologi adalah “ Evolusi
geomorfik yang kompleks lebih umum dibandingkan dengan evolusi yang
sederhana”. Hal ini dapat diketahui bahwa proses yang bekerja pada suatu
kenampakan di bumi saat ini tidak hanya bekerja dalam satu proses, akan
tetapi telah banyak mengalami proses yang banyak, bervariasi maupun
berulang-ulang yang pada akhirnya akan membentuk kenampakan yang komplek
seiring dengan berjalannya waktu.
Dalam
hal ini struktur geologi dan litologi mempunyai peranan yang penting
dalam analisis geomorfogi, karena dapat diketahui proses-proses yang
telah terjadi baik yang bersifat kontruksional maupun destruksional.
PENDEKATAN
Beberapa kenampakan peta topografi yang penting untuk diperhatikan dalam melakukan penafsiran adalah :
1. Pola aliran
1.
1.
Arthur D. Howard
telah mengklasifikasikan pola aliran sungai dalam beberapa kategori
yaiti pola dasar, modifikasi pola dasar dan gabungan modifikasi pola
dasar. Dengan demikian setiap pola mencerminkan struktur dan proses yang
mengontrolnya. Telah dikenal 8 pola dasar aliran sungai yaitu :
1. Dendritik
Pola
berbentuk cabang / mendaun ini umumnya terbentuk pada lapisan mendatar
sedimen – sedimen yang satu jenis, atau batuan yang mempunyai resistensi
yang sama. Bentuk pola ini menyerupai pelebaran bentuk silang pohon dak
atau beringin.
Pola aliran Dendritik
2. Paralel
Pola
yang berbentuk sejajar ini umumnya terbentuk pada daerah dengan
kemiringan umum lereng menengah sampai terjal, atau pada singkapan
batuan yang lebar dan sejajar, serta miring.
Pola aliran Paralel
3. Trelis
Pola berbentuk pagar ini terbentuk pada daerah batuan sedimen yang miring / terlipat / pada daerah batuan sedimen yang terubah. Dapat juga pada daerah dengan patahan dan kekar yang saling tegak lurus ataupada daerah dengan berbukit – bukit sejajar.
Pola aliran Trelis
4. Rektangular
Pola berbentuk menyudut ini hampir sama dengan trellis, hanya jumlah sungai yang lebih sedikit / orde sungai sedikit.
Pola aliran Rectangular
5. Radial
Pola
berbentuk memencar ini muncul pada daerah dengan bentuk berhubungan
atau berbentuk kerucut, sabagai umum pada daerah gunung api.
6. Anular
Pola berbentuk cincin ini terletak di daerah sekitar bumbungan (kubah)
terutama bila terdapat perselingkuhan batuan yang lunak dan keras,
sehingga sungai trutama sungai utama mengalir sejajar arah lapisan, anak
sungai, searah dengan kemiringan lapisan.
Pola aliran Anular
7. Multibasinal
Pola dengan banyak cekungan ( pasu ) ini muncul pada basement
berbagai variasi dari kondisi geologinya. Dapat terjadi pada daerah
dengan banyak cekungan akibat pelarutan ,atau daerah gunungapi sekarang.
Atau pada daerah dengan cekungan yang belum diketemukan sebab-sebabnya.
Pola aliran Multibassin
8. Kontorted
Pola
ini muncul pada daerah dengan struktur geologi yang komplek. Umumnya
berasosiasi dengan batuan metamorfose kompleks dengan lipatan yang
intensif, patahan, intrusi, kekar dan lain-lain.
Pola aliran Kontorted
Klasifikasi
lembah sungai berdasarkan pada tahapan siklus geomorfik adalah yang
paling banyak dipergunakan. Penamaannya tergantung pada sifat - sifat
erosinya yang berkembang pada tahapan yang berbeda - beda selama
perkembangan evolusinya, dan penamaan ini tdak berhubungan dengan umur
atau waktu tetapi lebih ke arah hubungan antara erosi dengan kondisi
geologi dan struktur geologinya.
Berdasarkan sistem ini, lembah sungai terbagi maenjadi :
a) Lembah sungai muda
Cirinya :
· Lembahnya berbentuk V
· Erosinya vertikal sangat intensif
· Banyak percepatan pada pola alirannya atau jeram – jeram dan air terjun.
b) Lembah sungai dewasa
Cirinya :
· Erosi lateral telah bekerja
· Sedimentasi dan erosi mulai sebanding sehingga menghasilkan sungai yang relatif simetris.
· Mulai memperlihatkan kelokan – kelokan dengan sudut besar.
c) Lembah sungai tua
Cirinya :
· Proses sedimentasi lebih besar dari pada erosi
· Mempunyai bentuk – bentuk yang khas seperti pola berkelok – kelok tajam
· Adanya danau punuk sapi dan tanggul alam.
· Penyempitan dan pelebaran tanah
· Perubahan arah aliran secara mendadak atau tiba-tiba.
Dalam interpretasi struktur geologi dari peta topografi, hal terpenting
adalah pengamatan terhadap pola kontur yang menunjukan adanya kelurusan
atau pembelokan secara tiba-tiba, baik pada pola bukit maupun arah
aliran sungai, bentuk-bentuk topografi yang khas, serta pola aliran
sungai.
Ø Sesar,
umumnya ditunjukan oleh adanya pola kontur rapat yang menerus lurus,
kelurusan sungai dan perbukitan, ataupun pergeseran, dan pembelokan
perbukitan atau sungai, dan pola aliran sungai paralel atau rektangular.
Ø Perlipatan,
umumnya ditunjukan oleh pola aliran sungai trelis atau paralel, dan
adanya bentuk-bentuk “dip-slope” yaitu suatu kontur yang rapat di bagian
depan dan merenggang makin ke belakang.
Ø Jika
setiap bentuk “dip-slope “ ini diinterpretasikan untuk seluruh peta,
muka sumbu-sumbu lipatan akan dapat diinterpretasikan kemudian. Pola
“dip-slope” seperti ini mempunyai beberapa istilah yang mengacu pada
kemiringan perlapisan.
Ø Kekar, umumnya dicirikan oleh pola aliran sungai rektangular, dan kelurusan-kelurusan sungai dan bukit.
Ø Intrusi;
umumnya dicirikan oleh pola kontur yang melingkar dan rapat,
sungai-sungai mengalir dari arah puncak dalam pola radial atau anular.
Ø Lapisan mendatar, dicirikan oleh adanya areal dengan pola kontur yang jarang dan dibatasi oleh pola kontur yang rapat.
Ø Ketidakselarasan bersudut,
dicirikan oleh pola kontur rapat dan mempunyai kelurusan-kelurusan
seperti pada pola perlipatan yang dibatasi secara tiba-tiba oleh pola
kontur jarang yang mempunyai elevasi sama atau lebih tinggi.
Ø Daerah melange,
umumnya dicirikan oleh pola-pola kontur melingkar erupa bukti-bukti
dalam penyebaran yang relatif luas, terdapat beberapa pergeseran
bentuk-bentuk topografi, kemungkinan juga terdapat beberapa kelurusan,
dengan pola aliran sungai rektangular atau “contorded”.-daerah slump,
umumnya dicirikan oleh banyaknya pola “dip-slope” dengan penyebarannya
yang tidak menunjukan pola pelurusan, tetapi lebih berkesan
“acak-acakan”. Pola kontur rapat juga tidak menunjukan kelurusan yang
menerus, tetapi berkesan terpatah-patah.
Berdasarkan kenampakan – kenamapakan tersebut diatas dapat dilakukan pendekatan untuk mengetahui :
1. Litologi
Berdasarkan dari pola dan sifat garis kontur, maka dapat digunakan untuk membedakan :
a. Batuan keras ( litilogi resisten )
b. Batuan lunak ( litologi non resisten )
c. Batuan urai ( umumnya berupa endapan vulkanik )
d. Batuan karbonat ( karst topografi )
Adapun cara – cara penafsirannya :
a. Kontur rapat ditafsirkan sebagai batuan yang keras atau resisten.
b. Kontur jarang atau renggang ditafsirkan sebagai batuan yang lunak
c. Pola
kontur yang melingkar dalam ukuran kecil yang berbeda dengan pola
kontur disekitarnya ditafsirkan sebagai batuan yang keras.
2. Struktur Geologi
Pada
dasarnya struktur geologi yang berupa lipatan , sesar, dan kekar, yang
dapat ditafsirkan keberadaannya melalui pola atau garis kontur pada peta
topografi.
a. Struktur lipatan
Dapat dikatahui dengan menafsirkan kedudukan perlapisan batuannya.
Kedudukan
lapisan batuan / kemiringan batuan pada peta topografi akan berlawanan
dengan kenampakan kerapatan konturnya. Dimana lapisan miring dicirikan
oleh adanya gawir-gawir terjal ( ditunjukkan dengan garis kontur yang
rapat ) yang memotong lapisan dan arah kemiringan batuan tersebut dengan
kemiringan landai dari topografinya ( diperlihatkan dengan punggungan
yang landai ) hal ini pada peta topografi ditunjukkan dengan pola garis
kontur yang renggang.
Kemiringan
lapisan batuan tersebut dapat mempunyai arah kemiringan satu arah (
berlawanaan ), tiga arah, dan segala arah. Kemiringan satu arah disebut
sayap lipatan, dua arah lipatan disebut sinklin atau antiklin, tiga arah
disebut lipatan ( sinklin atau antiklin ) menujam serta kemiringan
lapisan segala arah disebut dome.
Lapisan
horizontal, dicirikan dengan permukaan yang datar dengan garis kontur
yang jarang, tebing-tebing bisa terjal atau bervariasi atau berundak (
tergantung resistensi batuannya ) dengan pola kontur menyesuaikan dan
relatif sama.
b. Struktur sesar
Ditandai dengan :
· Pola kontur yang panjang , lurus, dan rapat
· Aliran sungai yang membelok secara tiba-tiba dan mendadak serta menyimpang dari pola arah umum.
· Jajaran triangular facet
· Jajaran mata air
· Perlengkungan dari perlurusan punggungan serta adanya offset morfologi.
c. Struktur kekar
Ditandai
dengan adanya kelurusan gawiwr-gawsir, lembah-lembah, bukit-bukit, dan
celah-celah. Sering pula dengan pola tertentu dan tidak hanya satu arah.
Atau dapat pula dilihat dari pola perkembangannnya.
Dilihat dari genesisnya (kontrol utama pembentuknya ), bentuk lahan dapat dibedakan menjadi
Ø Bentuk asal structural
Ø Bentuk asal vulkanik
Ø Bentuk asal fluvial
Ø Bnetuk asal marine
Ø Bnetuk asal pelarutan karst
Ø Bnetuk asal Aeolen / Glasial
Ø Bentuk asal denudasional
a) Bentuk Lahan Asal Struktural
Bentuk
lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses
tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya
(tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan pada awalnya hampir
semua bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh control struktural. Pada
awalnya struktural antiklin akan memberikan kenampakan cekung, dan
structural horizontal nampak datar. Umumnya, suatu bentuk lahan
structural masih dapat dikenali, jika penyebaran structural geologinya
dapat dicerminkan dari penyebaran reliefnya.
b) Bentuk Lahan Asal Vulkanik
Volkanisme
adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma yang
bergerak naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai
bentuk lahan yang secara umum disebut bentuk lahan vulkanik. Umumnya
suatu bentuk lahan volkanik pada suatu wilayah kompleks gunung api
lebih ditekankan pada aspek yang menyangkut aktifitas kegunungapian,
seperti : kepundan, kerucut semburan, medan-medan lahar, dan sebagainya.
Tetapi ada juga beberapa bentukan yang berada terpisah dari kompleks gunung api misalnya dikes, slock, dan sebagainya.
c) Bentuk Lahan Asal Fluvial
Bentukan
asal fluvial berkaitan erat dengan aktifitas sungai dan air permukaan
yang berupa pengikisan, pengangkutan, dan jenis buangan pada daerah
dataran rendah seperi lembah, ledok, dan dataran alluvial.
Proses penimbunan bersifat meratakan pada daerah-daerah ledok, sehingga umumnya bentuk lahan asal fluvial mempunyai relief yang rata atau datar. Material penyusun satuan betuk lahan fluvial berupa hasil rombakan dan daerah perbukitan denudasional disekitarnya, berukuran halus sampai kasar, yang lazim disebut sebagai alluvial. Karena umumnya reliefnya datar dan litologi alluvial, maka kenampakan suatu bentuk lahan fluvial lebih ditekankan pada genesis yang berkaitan dengan kegiatan utama sungai yakni erosi, pengangkutan, dan penimbunan.
Proses penimbunan bersifat meratakan pada daerah-daerah ledok, sehingga umumnya bentuk lahan asal fluvial mempunyai relief yang rata atau datar. Material penyusun satuan betuk lahan fluvial berupa hasil rombakan dan daerah perbukitan denudasional disekitarnya, berukuran halus sampai kasar, yang lazim disebut sebagai alluvial. Karena umumnya reliefnya datar dan litologi alluvial, maka kenampakan suatu bentuk lahan fluvial lebih ditekankan pada genesis yang berkaitan dengan kegiatan utama sungai yakni erosi, pengangkutan, dan penimbunan.
d) Bentuk Lahan Asal Marine
Aktifitas
marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan
pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas
marine berada di kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai.
Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer kearah darat, tetapi terkadang hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh mana efektifitas proses abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantungdari kondisi pesisirnya. Proses lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu, berupa gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun.
e) Bentuk Lahan Asal Pelarutan (Karst)
Bentuk
lahan karst dihasilkan oleh proses pelarutan pada batuan yang mudah
larut. Menurut Jennings (1971), karst adalah suatu kawasan yang
mempunyai karekteristik relief dan drainase yang khas, yang disebabkan
keterlarutan batuannya yang tinggi. Dengan demikian Karst tidak selalu
pada Batugamping, meskipun hampir semua topografi karst tersusu oleh
batugamping.
f) Bentuk Lahan Asal Glasial
Bentukan
ini tidak berkembang di Indonesia yangb beriklim tropis ini, kecuali
sedikit di Puncak Gunung Jaya Wijaya, Irian. Bentuk lahan asal glacial
dihasilkan oleh aktifitas es/gletser yang menghasilkan suatu bentang
alam.
g) Bentuk Lahan Asal Aeolean (Angin)
Gerakan
udara atau angin dapat membentuk medan yang khas dan berbeda dari
bentukan proses lainnya. Endapan angin terbentuk oleh pengikisan,
pengangkatan, dan pengendapan material lepas oleh angin. Endapan angin
secara umum dibedakan menjadi gumuk pasir dan endapan debu (LOESS). Medan aeolean dapat terbentuk jika memenuhi syarat-syarat:
Tersedia material berukuran pasir halus-halus sampai debu dalam jumlah banyak
Adanya periode kering yang panjang disertai angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan tersebut.
Gerakan angin tidak terhalang oleh vegetasi atau obyek lainnya.
h) Bentuk Lahan Asal Denudasional
Proses
denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses pelapukan
gerakan tanah erosi dan kemudian diakhiri proses pengendapan. Semua
proses pada batuan baik secara fisik maupun kimia dan biologi sehingga
batuan menjadi desintegrasi dan dekomposisi. Batuan yang lapuk menjadi
soil yang berupa fragmen, kemudian oleh aktifitas erosi soil dan abrasi,
tersangkut ke daerah yang lebih landai menuju lereng yang kemudian
terendapkan. Pada
bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi
atau tingkat. Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi,
dan relief
Tidak ada komentar:
Posting Komentar