Kota Manado adalah ibu kota dari provinsi Sulawesi Utara. Kota Manado seringkali disebut
sebagai Menado. Motto Sulawesi Utara adalah Si Tou Timou Tumou Tou,
sebuah filsafat hidup masyarakat Minahasa yang dipopulerkan oleh Sam Ratulangi, yang berarti: "Manusia hidup
untuk memanusiakan orang lain" atau "Orang hidup untuk menghidupkan
orang lain". Dalam ungkapan Bahasa Manado, sering kali dikatakan: "Baku
beking pande" yang secara harafiah berarti "Saling
menambah pintar dengan orang lain".
Kota Manado berada di tepi
pantai Laut Sulawesi
persisnya di Teluk Manado.
Taman Nasional Bunaken
terletak tidak jauh dari pantai Kota Manado.
Sejarah
Asal mula Kota Manado menurut legenda dulu berasal dari “Wanua Wenang”
sebutan penduduk asli Minahasa . Wanua Wenang telah ada sekitar abad XIII dan
didirikan oleh Ruru Ares yang bergelar Dotulolong Lasut yang saat itu menjabat
sebagai Kepala Walak Ares,dikenal sebagai Tokoh pendiri Wanua Wenang yang
menetap bersama keturunannya.
Versi lain mengatakan bahwa Kota Manado merupakan pengembangan dari
sebuah negeri yang bernama Pogidon. Kota Manado diperkirakan telah dikenal
sejak abad ke-16. Menurut sejarah, pada abad itu
jugalah Kota Manado telah didatangi oleh orang-orang dari luar negeri. Nama
"Manado" daratan mulai digunakan pada tahun 1623
menggantikan nama "Pogidon" atau "Wenang". Kata Manado
sendiri merupakan nama pulau disebelah pulau Bunaken, kata ini berasal dari
bahasa daerah Minahasa yaitu Mana rou atau Mana
dou yang dalam bahasa Indonesia
berarti "di jauh". Pada tahun itu juga, tanah Minahasa-Manado mulai
dikenal dan populer di antara orang-orang Eropa
dengan hasil buminya. Hal tersebut tercatat dalam dokumen-dokumen sejarah.
Benteng
Nieuw Amsterdam di Manado pada tahun 1920-an
Pemandangan
jalan di Manado pada tahun 1910-an
Keberadaan kota Manado dimulai dari adanya besluit Gubernur
Jenderal Hindia Belanda
tanggal 1 Juli 1919.
Dengan besluit itu, Gewest Manado ditetapkan sebagai Staatsgemeente
yang kemudian dilengkapi dengan alat-alatnya antara lain Dewan gemeente
atau Gemeente Raad yang dikepalai oleh seorang Walikota (Burgemeester). Pada tahun 1951,
Gemeente Manado menjadi Daerah Bagian Kota Manado dari Minahasa sesuai
Surat Keputusan Gubernur Sulawesi tanggal 3 Mei 1951 Nomor 223. Tanggal 17 April 1951,
terbentuklah Dewan Perwakilan Periode 1951-1953 berdasarkan Keputusan Gubernur
Sulawesi Nomor 14. Pada 1953 Daerah Bagian Kota Manado berubah
statusnya menjadi Daerah Kota Manado sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 42/1953 juncto
Peraturan Pemerintah Nomor 15/1954. Tahun 1957,
Manado menjadi Kotapraja sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957. Tahun 1959,
Kotapraja Manado ditetapkan sebagai Daerah Tingkat II sesuai Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 1959. Tahun 1965, Kotapraja Manado
berubah status menjadi Kotamadya Manado yang dipimpin oleh Walikotamadya Manado
KDH Tingkat II Manado sesuai Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 yang
disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974.
Hari jadi Kota Manado yang ditetapkan pada tanggal 14 Juli 1623,
merupakan momentum yang mengemas tiga peristiwa bersejarah sekaligus yaitu
tanggal 14 yang diambil dari peristiwa heroik yaitu peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946,
dimana putra daerah ini bangkit dan menentang penjajahan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, kemudian bulan Juli yang diambil
dari unsur yuridis yaitu bulan Juli 1919, yaitu munculnya Besluit
Gubernur Jenderal tentang penetapan Gewest Manado sebagai Staatgemeente
dikeluarkan dan tahun 1623 yang diambil dari unsur historis yaitu
tahun dimana Kota Manado dikenal dan digunakan dalam surat-surat resmi.
Berdasarkan ketiga peristiwa penting tersebut, maka tanggal 14 Juli 1989,
Kota Manado merayakan HUT-nya yang ke-367. Sejak saat itu hingga sekarang
tanggal tersebut terus dirayakan oleh masyarakat dan pemerintah Kota Manado
sebagai hari jadi Kota Manado.
Geografi
Foto Manado
dari udara
Kota Manado terletak di ujung jazirah utara pulau Sulawesi, pada posisi geografis 124°40' -
124°50' BT dan 1°30' - 1°40' LU. Iklim di kota ini adalah iklim tropis dengan
suhu rata-rata 24° - 27° C. Curah hujan rata-rata 3.187 mm/tahun dengan iklim
terkering di sekitar bulan Agustus dan terbasah pada bulan Januari. Intensitas
penyinaran matahari rata-rata 53% dan kelembaban nisbi ±84 %.
Luas wilayah daratan adalah 15.726 hektare. Manado juga merupakan kota
pantai yang memiliki garis pantai sepanjang 18,7 kilometer. Kota ini juga
dikelilingi oleh perbukitan dan barisan pegunungan. Wilayah daratannya didominasi oleh kawasan
berbukit dengan sebagian dataran rendah di daerah pantai. Interval ketinggian dataran antara 0-40% dengan
puncak tertinggi di gunung Tumpa.
Wilayah perairan Kota Manado meliputi pulau Bunaken, pulau Siladen dan pulau
Manado Tua. Pulau Bunaken dan Siladen memiliki topografi yang bergelombang
dengan puncak setinggi 200 meter. Sedangkan pulau Manado Tua adalah pulau
gunung dengan ketinggian ± 750 meter.
Sementara itu perairan teluk Manado memiliki kedalaman 2-5 meter di
pesisir pantai sampai 2.000 meter pada garis batas pertemuan pesisir dasar
lereng benua. Kedalaman ini menjadi semacam
penghalang sehingga sampai saat ini intensitas kerusakan Taman Nasional Bunaken
relatif rendah.
Jarak dari Manado ke Tondano adalah 28 km, ke Bitung 45 km dan ke
Amurang 58 km.
Batas Wilayah
Batas wilayah Kota Manado adalah sebagai berikut:
Pemerintahan
Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) nomor 4 tanggal 27 September 2000
tentang perubahan status desa menjadi kelurahan di kota Manado dan PERDA nomor
5 tanggal 27 September 2000 tentang pemekaran kecamatan dan kelurahan, wilayah
kota Manado yang semula terdiri atas 5 kecamatan dengan 68 kelurahan/desa dimekarkan menjadi 9
kecamatan dengan 87 kelurahan. Tabel di bawah ini adalah daftar kecamatan
beserta luas dan jumlah kelurahannya, yaitu:
No.
|
Kecamatan
|
Luas
wilayah (hektar)
|
Jumlah
kelurahan
|
1.
|
5.212,5
|
8
|
|
2.
|
1.640
|
9
|
|
3.
|
4.913,55
|
11
|
|
4.
|
144,8
|
7
|
|
5.
|
587,13
|
9
|
|
6.
|
1.588,4
|
12
|
|
7.
|
700,17
|
10
|
|
8.
|
659,95
|
9
|
|
9.
|
279,5
|
12
|
Penduduk
Suku Bangsa
Saat ini mayoritas penduduk kota Manado berasal dari suku Minahasa, karena wilayah Manado
merupakan berada di tanah/daerah Minahasa. Penduduk
asli Manado adalah sub suku Tombulu dilihat dari beberapa nama kelurahan di
Manado yang berasal dari bahasa Tombulu,
misalnya: Wenang (Pohon Wenang/Mahawenang - bahan pembuat kolintang), Tumumpa
(turun), Mahakeret (Berteriak), Tikala Ares (Walak Ares Tombulu, dimana kata
'ares' berarti dihukum), Ranotana (Air Tanah), Winangun (Dibangun), Wawonasa
(wawoinasa - di atas yang diasah), Pinaesaan (tempat persatuan), Pakowa (Pohon
Pakewa), Teling (Bulu/bambu untuk dibuat peralatan), Titiwungen (yang digali),
Tuminting (dari kata Ting-Ting: Lonceng, kata sisipan -um- berarti menunjukkan
kata kerja, jadi Tuminting: Membunyikan Lonceng), Pondol (Ujung), Wanea (dari
kata Wanua: artinya negeri), dll.; sedangkan daerah Malalayang adalah suku
Bantik, suku bangsa lainnya yang ada di Manado saat ini yaitu suku Sangir, suku Gorontalo, suku Mongondow, suku Arab, suku
Babontehu, suku
Talaud, suku Tionghoa, suku
Siau dan kaum Borgo.
Karena banyaknya komunitas peranakan arab, maka keberadaan Kampung
Arab yang berada dalam radius dekat Pasar '45 masih bertahan sampai
sekarang dan menjadi salah satu tujuan wisata agama. Selain itu terdapat pula
penduduk suku Jawa, suku Batak, suku Makassar dan suku
Minangkabau Suku
Aceh
Agama
Agama yang dianut adalah Kristen Protestan, Islam,
Katolik, Hindu,
Buddha dan agama Konghucu. Berdasarkan data sensus
penduduk tahun 2010[2], jumlah penduduk yang beragama
Kristen 62,10 persen, Katolik 5,02 persen, sedangkan Muslim 31,30 persen dan
sisanya beragama lain. Meski begitu heterogennya, namun masyarakat Manado
sangat menghargai sikap hidup toleran, rukun, terbuka dan dinamis. Karenanya
kota Manado memiliki lingkungan sosial yang relatif kondusif dan dikenal
sebagai salah satu kota yang relatif aman di Indonesia. Sewaktu Indonesia sedang rawan-rawannya disebabkan
goncangan politik sekitar tahun 1999 dan berbagai
kerusuhan melanda kota-kota di Indonesia. Kota Manado dapat dikatakan relatif
aman. Hal itu tercermin dari semboyan masyarakat Manado yaitu Torang samua
basudara yang artinya "Kita semua bersaudara".
Bahasa
Bahasa digunakan sebagai bahasa sehari-hari di Manado dan wilayah
sekitarnya disebut bahasa Melayu Manado
(Bahasa Manado). Bahasa Manado menyerupai bahasa Indonesia tetapi dengan logat yang
khas. Beberapa kata dalam dialek Manado berasal dari bahasa Belanda, bahasa Portugis dan bahasa asing lainnya.
Budaya dan Gaya Hidup
Musik tradisional dari Kota Manado dan sekitarnya dikenal dengan nama
musik Kolintang. Alat musik Kolintang dibuat dari
sejumlah kayu yang berbeda-beda panjangnya sehingga menghasilkan nada-nada yang
berbeda. Biasanya untuk memainkan sebuah lagu dibutuhkan sejumlah alat musik
kolintang untuk menghasilkan kombinasi suara yang bagus.
Secara umum kehidupan di Kota Manado sama dengan kota-kota besar lainnya
di Indonesia. Pusat kota terdapat di Jalan Sam
Ratulangi yang banyak dibangun pusat-pusat pembelanjaan yang terletak di
sepanjang jalur utara-selatan yang juga dikenal dengan tempat yang memiliki
restoran-restoran terkenal di Manado. Akhir-akhir ini Manado terkenal dengan
makin menjamurnya mal-mal dan restoran-restoran yang dibangun di sepanjang
pantai yang memanfaatkan pemandangannya yang indah di saat menjelangnya matahari terbenam.
Kawanua
Masyarakat Manado juga disebut dengan istilah "warga
Kawanua". Walaupun secara khusus Kawanua diartikan kepada suku Minahasa, tetapi secara umum penduduk Manado dapat disebut juga sebagai warga Kawanua. Dalam bahasa daerah Minahasa,
"Kawanua" sering diartikan sebagai
penduduk negeri atau "wanua-wanua" yang bersatu atau "Mina-Esa"
(Orang Minahasa). Kata "Kawanua" diyakini
berasal dari kata "Wanua". Kata "Wanua" dalam bahasa Melayu
Tua (Proto Melayu), diartikan sebagai wilayah pemukiman. Sementara dalam bahasa
Minahasa, kata "Wanua" diartikan sebagai negeri atau desa.
Pariwisata
Turis sedang
mengendarai jetski dengan latar belakang pulau Manado Tua di lepas pantai kota
Manado.
Pantai di
kota Manado
Sebagai kota terbesar di wilayah ini, Manado merupakan tempat pariwisata yang penting bagi pengunjung. Ekowisata merupakan atraksi terbesar
Manado. Selam Scuba dan snorkelling
di pulau Bunaken juga merupakan atraksi populer.
Tempat lain yang menarik adalah Danau Tondano, Gunung Lokon, Gunung Klabat dan Gunung Mahawu.
Dalam kurun waktu dua dekade terakhir, kegiatan pariwisata dengan pesat
tumbuh menjadi salah satu andalan perekonomian kota. Primadona pariwisata kota
Manado bahkan Provinsi Sulawesi Utara
adalah Taman Nasional Bunaken yang oleh
sementara orang disebut sebagai salah satu taman laut terindah di dunia. Taman
Laut Bunaken adalah salah satu dari sejumlah kawasan konservasi alam atau taman
nasional di Indonesia. Taman Laut Bunaken terkenal oleh formasi
terumbu karangnya yang luas dan indah sehingga sering dijadikan lokasi
penyelaman oleh turis-turis mancanegara. Pulau Bunaken adalah salah satu dari 5
pulau yang tersebar beberapa kilometer dari pesisir pantai Kota Manado.
Letaknya yang hanya sekitar 8 Km dari daratan kota Manado dan dapat ditempuh
dalam sekitar setengah sampai 2 jam, menyebabkan Taman Nasional ini mudah
dikunjungi.
Objek wisata lain yang menonjol di kota Manado adalah Kelenteng Ban Hin Kiong di kawasan Pusat
Kota yang dibangun pada awal abad ke-19 dan
diperbaiki pada tahun 1970. Klenteng ini terletak di Jalan
Panjaitan. Klenteng ini terdiri dari bangunan yang dihiasi dengan ukiran-ukiran
naga
dan tongkat kayu berapi. Saat yang paling baik untuk mengunjungi klenteng ini
yaitu pada saat Tahun Baru Imlek,
saat dipertunjukkannya tarian tradisional Tionghoa. Juga pada saat kedatangan
parade tradisional Tionghoa, Tai Pei Kong yang berasal dari abad ke-14. Peristiwa tersebut merupakan
festival "Taoist" tahunan terbesar yang diadakan di Asia Tenggara, sehingga menarik pelancong
dari negara lain. Lokasi wisata lainnya juga adalah Museum Negeri Sulawesi
Utara dan Monumen (Tugu Peringatan) Perang Dunia Kedua.
Sebuah monumen yang diresmikan pada akhir tahun 2007 dan menjadi ikon
baru kota Manado adalah Monumen Yesus
Memberkati. Bangunan ini didirikan di atas bukit di perumahan
Citraland Manado dan memiliki ketinggian 50 meter di atas permukaan tanah.
Bangunan yang diprakarsai oleh Ir. Ciputra ini merupakan monumen Yesus Kristus
yang tertinggi di Asia dan ke dua di dunia setelah Christ the
Redeemer.
Selain memiliki objek-objek wisata yang menarik, salah satu keunggulan
pariwisata kota Manado adalah letaknya yang strategis ke objek-objek wisata di
hinterland, khususnya di Minahasa yang dapat dijangkau dalam waktu 1 s/d 3 jam
dari kota Manado. Objek-objek wisata tersebut antara lain, Vulcano Area di
Tomohon, Desa Agriwisata Rurukan-Tomohon, Panorama pegunungan dan Danau Tondano, Batu Pinabetengan dan Taman
Purbakala Waruga Sawangan Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara.
Karena potensi wisata yang besar tersebut maka industri pariwisata di
kota Manado telah semakin tumbuh dan berkembang yang antara lain ditandai
dengan cukup banyaknya hotel dan sarana pendukung lainnya. Sampai tahun akhir
tahun 2001, terdapat 67 buah hotel/penginapan, 15 buah biro perjalanan, 223
buah restoran dan rumah makan dari berbagai kelas.
Oleh karenanya meskipun cukup terpengaruh oleh krisis ekonomi dan
situasi nasional yang kurang kondusif, tetapi pariwisata di kota Manado tetap
berlangsung. Pada tahun 1998 kunjungan wisatawan mancanegara adalah 34.509
orang, menjadi 11.538 orang pada tahun 2000 dan agak meningkat pada tahun 2001
menjadi 12.301 orang. Sedangkan wisatawan Nusantara pada tahun 1998 berjumlah
432.993 orang, kemudian turun menjadi 279.014 orang pada tahun 2000 dan
terakhir pada tahun 2001 agak meningkat menjadi 291.037 orang.
Manado Kota Pariwisata Dunia 2010
Untuk meningkatkan potensi pariwisata Manado, Jimmy
Rimba Rogi sebagai Walikota periode 2005 - 2010, mencanangkan Manado
sebagai Kota Pariwisata Dunia 2010, pencanangan tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan potensi pariwisata di Kota Manado sehingga dapat diperhitungkan
sebagai tujuan wisata dunia kelak. Beberapa kebijakannya yang paling dikenal
adalah dengan melakukan relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) yang telah lama
berdagang di Taman Kesatuan Bangsa atau dulunya disebut Pasar ‘45 dan
mengembalikan fungsi trotoar sebagai tempat pejalan kaki bukan sebagai tempat
berjualan PKL. Upaya yang dilakukannya sangat berkontribusi dalam hal diraihnya
kembali penghargaan Adipura untuk kota Manado pada tahun 2007.
Pusat Perbelanjaan dan Hiburan
Pusat perbelanjaan di Kota Manado mulanya terkonsentrasi di seputar
Taman Kesatuan Bangsa (TKB)atau Pasar‘45. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi
kota Manado, dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini, industri properti
dan retail di Manado berkembang cukup pesat. Bermula dari proyek reklamasi
pantai yang dilakukan selama 10 tahun lebih, dibangun setelah jalan tepi pantai
atau boulevard diresmikan tahun 1993 dan dinamai Jalan Piere Tendean
atau yang lebih dikenal dengan Manado Boulevard.
Setelah reklamasi pantai selesai dibangulah proyek raksasa dengan
dibukanya pusat-pusat perbelanjaan modern baru yaitu Mega
Mall Manado, Manado Town Square,
Blue
Banter City Walk, IT
Center Manado, Bahu Mall, Lion
Plaza, Kawanua
City Walk, Star
Square Manado dan Mega
Trade Center. Di sepanjang jalan ini pun terdapat beberapa hotel berbintang,
restoran dan cafe yang menjajakan beraneka ragam makanan dan buka hingga
larut malam. Pusat cinderamata khas manado dapat ditemukan di Jalan B.W.
Lapian. Terdapat beberapa toko suvenir yang menjual makanan, busana, kerajinan
tangan khas Manado/Sulawesi Utara.
Makanan khas
Makanan khas dari Kota Manado antara lain, Tinutuan yang terdiri dari berbagai macam
sayuran. Tinutuan bukanlah bubur, sebagaimana selama ini orang mengatakannya sebagai
bubur Manado. Selain Tinutuan, terdapat Cakalang Fufu yaitu ikan cakalang yang
diasapi, ikan roa, Paniki (masakan dari kelelawar) dan RW (er-we) yaitu masakan
dari daging anjing, babi Putar (1 ekor babi dibakar
dengan cara diputar di atas bara api), biasanya dihidangkan di pesta-pesta,
Babi Isi Bulu (terbuat dari daging babi yang diramu dengan bumbu-bumbu khas
manado dan dibakar di dalam bambu). Terdapat juga minuman khas dari daerah
Manado dan sekitarnya yaitu "saguer" yaitu sejenis arak atau tuak
yang berasal dari pohon enau. Saguer ini memiliki kandungan alkohol, Cap Tikus (minuman beralkohol
tinggi dari proses fermentasi).
Makanan khas kota Manado lainnya yang juga cukup terkenal adalah nasi
kuning yang cita rasa dan penyajiannya berbeda dengan nasi kuning di daerah
lain. Selain itu ada juga masakan kepala ikan kakap bakar. Dabu-dabu adalah
sambal khas Manado yang sangat populer, dibuat dari campuran potongan cabe
merah, cabe rawit, irisan bawang merah dan tomat segar yang dipotong dadu dan
terakhir diberi campuran kecap.
Untuk makanan ringan, Manado juga punya makanan khas sejenis asinan
yaitu gohu dan es kacang. Gohu dibuat dari irisan buah pepaya yang direndam
dalam larutan asam cuka, gula, garam, jahe dan cabe. Selain itu ada juga kue
seperti lalampa (lemper berisi ikan cakalang yang diisi dalam segumpalan beras
ketan dan dibungkus dengan daun pisang lalu dibakar), panada (sejenis roti
goreng berisi ikan cakalang dan dibentuk dengan pilinan pada bagian tepinya),
apang,klapertart manado, kolombeng, panekuk,dodol manado,kueku, pinende,
biapong (babi, wijen, "unti" (terbuat dari kelapa)). Dan yang tidak
ketinggalan adalah, nasi jaha yang terbuat dari beras ketan yang dicampur
dengan santan, jahe, bawang merah dan lain-lain, kemudian dimasukan ke dalam
bambu lalu dibakar.
Ekonomi
Sebagian besar penduduk Kota Manado bekerja sebagai pegawai negeri sipil
(PNS), guru atau pegawai swasta (41,44%), sebagai wiraswasta (20,57%), pedagang
(12,85%), petani/peternak/nelayan (9,17%), buruh (8,96%). Sisanya bergerak di
sektor jasa dan lain-lain (7%).
Angka Produk Domestik Regional Bruto (PRDB) Kota
Manado tahun 2000 adalah Rp. 2,14 trilyun. Angka
tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan angka tahun 1994
yang berjumlah Rp. 703,87 miliar. Tingkat pertumbuhan yang dicapai dalam kurun
waktu tersebut rata-rata 6,11% per tahun. Pada tahun 1994 sampai 1996
angka pertumbuhan berada di atas 10% kemudian melambat menjadi 2,92% pada tahun
1997
dan 0,32% pada tahun 1998 dimana merupakan angka terendah. Pada
tahun 1999, pertumbuhan meningkat lagi menjadi
1,60% dan pada tahun 2000 menjadi 5,62%.
Sejak munculnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997, perekonomian kota
Manado sangat terpengaruh. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya angka
pengangguran yang diperkirakan pada tahun 2000 masih sebesar 20.465 orang atau
13.67% dan meningkatnya jumlah keluarga miskin sebanyak 19.754 Kepala Keluarga
(KK) atau 24,60%. Pada tahun 1999, terdapat indikasi
adanya pemulihan perekonomian kota yang signifikan. Pendapatan perkapita kota
Manado naik dari Rp 1.753.482 pada tahun 1994
menjadi Rp 4.452.672 pada tahun 2000.
Perekonomian kota Manado khususnya terdiri dari sektor perdagangan,
perhotelan dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa.
Pada tahun 1996 peran ketiga sektor utama ini dalam
pembentukan PDRB adalah sejumlah 68,74%. Dalam kurun waktu 5 tahun, peran
ketiga sektor ini cenderung semakin dominan yang dilihat dari kontribusinya pada
tahun 2000 yang meningkat menjadi 74,68%. Laju inflasi kota Manado selama kurun waktu dua
tahun terakhir (2000-2001) sangat berfluktuatif. Pada tahun 2000 sempat
mengalami deflasi sebanyak lima kali yaitu
masing-masing pada bulan Januari sebesar –0,25%, April –0,08%, Mei -0,13%,
Agustus -0,85% dan Desember -0,16%. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi pada
bulan pada bulan Oktober yaitu sebesar 4,05%. Sehingga secara kumulatif inflasi
yang terjadi di Manado sebesar 11,41%. Pada tahun 2001 terjadi deflasi sebanyak
3 kali, yaitu pada bulan Februari sebesar –0,56%, Agustus -0,23% dan Desember
sebesar –0,26%. Sedangkan inflasi tertinggi pada tahun 2001 terjadi pada bulan
Juli yaitu sebesar 2.83% dimana secara kumulatif inflasi pada tahun 2001
mencapai 13,30%.
Transportasi
Udara
Bandar Udara
Sam Ratulangi
Kota Manado melalui bandar udaranya, Sam Ratulangi
terhubung dengan beberapa kota besar lain di Indonesia seperti, Jakarta, Surabaya, Makassar dan Balikpapan. Selain itu bandara ini juga
mempunyai penerbangan langsung dari dan ke luar negeri yaitu Singapura, Manila, Kuala Lumpur (mulai 12 September 2008) dan Davao,
Filipina. Bandara yang mengalami renovasi
pada tahun 2001 ini merupakan salah satu dari 11 pintu gerbang utama pariwisata
di Indonesia. Dengan panjang landas pacu sepanjang 2650 m dan lebar 45 m,
bandara ini sanggup untuk didarati pesawat berbadan lebar sejenis Boeing 777-200 dan Airbus A330. Terminal penumpangnya memiliki
fasilitas penunjang berstandar internasional dan dilengkapi dengan empat buah
garbarata.
Laut
Dermaga di Manado umumnya dilayani oleh kapal-kapal berukuran kecil. Hal
ini dikarenakan lokasi perairan Manado yang berdekatan dengan lokasi Taman Laut
Bunaken yang dilindungi dan juga perairan
yang cukup dangkal. Pada umumnya, kapal-kapal yang bersandar di pelabuhan
Manado adalah kapal dengan tujuan Kepulauan Sangir dan Kepulauan Talaud. Speed
boat dari dan menuju Bunaken umumnya
berlabuh di dermaga ini. Kapal-kapal berukuran besar milik PT. Pelni
berlabuh di kota Bitung, berjarak kurang lebih 40 km sebelah
timur Manado.
Darat
Sistem transportasi darat Kota Manado dilayani oleh minibus angkutan
kota yang biasa disebut mikrolet, taksi argo
dan Bus DAMRI, tapi bus yang beroprasi di dalam kota sudah tidak ada. Sebagian
besar rute dalam kota dilayani oleh mikrolet yang menghubungkan beberapa
terminal bus dalam maupun luar kota dengan pusat kota Manado. Mikrolet umumnya
beroperasi hingga pukul 22.00 wita (hari kerja) atau pukul 00.00 wita (akhir
pekan). menaiki transportasi umumnya mikrolet di manado ada yang unik, umumnya
Mikrolet di manado sudah di modifikasi dan dilengkapi dengan sound system,
ada juga yang menaruh layar LCD bahkan ada juga yang memodifikasi bagian
interior mobil, ini untuk memenuhi tingkat kenyamanan penumpang dan taksi
umumnya melayani rute-rute ke luar kota sedangkan Bus DAMRI melayani rute
Bandara - Terminal Bus luar kota di Malalayang.
Media
Media Online
Media online yang tersedia antara lain:
- Manado Express [1]
- Seputar Kawanua [2]
- Cyber Sulut News [3]
- Berita Kawanua [4]
- Manado News [5]
- Beritamanado [6]
- Manado Today [7]
- Tribun Manado [8]
- Bola Manado [9]
Media Cetak
Saat ini di Manado terdapat beberapa surat kabar lokal, antara lain:
harian pagi Media Sulut, Manado Post, POSKO,
Radar
Manado, Koran Manado, Harian
Komentar, Tribun Manado,
dan lain-lain.
Radio
Beberapa tahun belakangan jaringan radio nasional juga membuka cabang di
kota manado seperti Delta FM, Trijaya FM, Smart FM dan Cosmofemale FM,
disamping radio-radio lokal yang sudah lama melakukan penyiaran di kota ini,
seperti Radio Manado Memora, Montini, ROM2 dan KDFM. Selain itu terdapat juga
radio komunitas yang dikelola oleh berbagai masyarakat di daerah pinggiran
Manado.
Televisi
Selain TVRI Stasiun Manado, terdapat beberapa TV
swasta lokal yang beroperasi di Manado yaitu TV5 Filipina, Pacific TV dan GOTN (Gospel Overseas
Television Network). Dua TV lokal lainnya, yaitu Televisi Manado dan Bunaken TV sempat mengudara untuk beberapa
waktu, akan tetapi karena kesulitan memperoleh pembiayaan melalui iklan, kedua
TV tersebut tidak lagi mengudara. Semua TV swasta nasional memiliki menara
relay di Manado, yaitu RCTI, SCTV,
Metro TV, Indosiar, Trans TV, Trans 7, TV One, Global TV, TPI
dan Anteve. Saat ini pelanggan TV kabel sudah
mulai berkembang di Manado karena banyak warga Manado yang tertarik terhadap
siaran-siaran film dan hiburan luar negeri, seperti HBO,
Star Movies, FOX
dan lain-lain.